Tema diskusi bulan September 2012 adalah Quo Vadis Pendidikan Katolik di Indonesia? Tema terakhir dari serial Disclub adalah Perlukah Identitas Katolik dalam Hidup Berbangsa dan Bernegara. Tema ini akan digagas-bahas pada bulan Desember 2012 mendatang.
Di balik layar
Sifat keanggotaan Disclub adalah tetap. Artinya, para anggota maupun para penasehat ahli (advisory boards) terdiri dari orang-orang yang sama. Meskipun bertindak lebih atas nama pribadi, para anggota yang rentang usianya antara 25– 45 tahun itu berasal dari macam-macam paguyuban dan/atau “ormas” katolik.
Mereka ini adalah para aktivis FMKI, ISKA, WKRI, Pemuda Katolik, dan Yayasan Bhumiksara.
Duduk sebagai penasehat ahli antara lain adalah Romo Prof. Dr. Romo Franz Magnis Suseno SJ (akademisi), Josef Soedradjad Djiwandono (GSC), Romo Gusti Bagus Kusumawanta Pr (Sekretaris Eksekutif Komisi Seminari KWI, Ketua Unio, GSC), Romo Guido Suprapto Pr (Sekretaris Eksekutif Komisi Kerawam KWI), Paulus Krissantono (Komisi Kerawam KAJ), Michael Utama Purnama (Yayasan Bhumiksara, PUKAT, GSC), dan Yustinus Maria Pinoto (Shekinah, Bhumiksara, GSC).
Mencari tokoh katolik Indonesia
Perlu kami kemukakan bahwa Disclub ini juga dimaksudkan sebagai salah satu forum untuk mendukung lahirnya para tokoh Katolik Indonesia. Singkat kata, sebagai salah satu sarana grooming mencari bibit-bibit calon tokoh katolik Indonesia yang nasionalis dengan kepribadian dan integritas yang bisa diandalkan dan ternyata sekarang ini “orang-orang khusus ini” makin langka.
Dengan berkolaborasi dan bersinergi semua pihak kiranya akan lebih cepat dan lebih banyak muncul calon-calon tokoh katolik bermutu di pelbagai bidang. Apakah itu tingkat lokal dan nasional yang diharapkan bisa muncul.
Tokoh katolik unggulan semacam apa yang kita rindukan semua?
Setidaknya, orang-orang katolik berintegritas tinggi ini harus punya kualitas iman sebagai murid Kristus, integritas moral sebagai manusia, dan kapabilitas sebagai man/woman for others.
Singkatnya, mereka adalah orang-orang yang layak disebut sebagai putra/putri sejati Bunda Gereja dan sekaligus sebagai putra/putri sejati Ibu Pertiwi. Dia sungguh dekat di hati umat. Dia juga disegani dan “dianggap” oleh masyarakat.
GSC ingin menjadikan pelayanannya profesional. Artinya, memiliki kantor maupun tenaga purna-waktu yang profesional pula. Maka GSC mengharapkan dukungan, saran maupun kritik dari siapa saja yang berkehendak baik. Utamanya guna menajamkan program pelayanan GSC.
Kiranya Tuhan memberkati setiap niat baik kita dan membantu segala kerja keras kita untuk mewujudkanya demi kemuliaan-Nya yang lebih besar. (Selesai)
Photo credit: Bernadetta Febriana