Minggu, 4 Juli 2021
Yeh.2:2-5. Mzm.123:1-2a.2bcd.3-4. 2Kor.12:7-10.
Mrk.6:1-6
HARAPAN yang besar sering kali menimbulkan kekecewaan.
Orang lebih menjunjung tinggi harapannya dan keinginannya daripada menerima kondisi sebagaimana adanya.
Pikiran, hati, perasaan bahkan tubuh kita pun sudah diprogram untuk mengikuti program yang telah kita tetapkan sebelumnya.
Sering kali kekecewaan dan penolakan terjadi, bukan karena orang lain jahat atau berbuat salah. Namun karena orang lain tidak sesuai dengan kemauan kita.
Demikian jalan hidup seorang anak yang merasa sulit mendapatkan tempat di hati orangtuanya. Hanya karena dia seakan tidak mampu memenuhi harapan orangtuanya.
“Saya gagal menjadi anak yang bisa membahagiakan orangtuaku,” katanya.
“Mengapa kamu punya kesimpulan seperti itu?” tanya sahabatnya.
“Orangtuaku, ingin sekali aku jadi dokter. Dan saya pun sekolah di kedokteran sampai selesai. Namun hatiku tidak di situ,” tuturnya.
“Semestinya kamu tidak sekolah kedokteran,” kata sahabatnya.
“Saya hanya mau menunjukkan kepada orangtuaku, jika aku bisa lulus kedokteran. Dan aku ingin orangtua bahagia karena itu,” kisahnya.
“Tetapi justru itu yang melukai hati orangtuamu. harapan yang begitu tinggi kamu banting ke tanah. sakitLah,” sahut sahabatnya.
“Orangtuaku tidak peduli pada kebahagiaanku. Meski tidak jadi dokter, saya bekerja sesuai dengan bakat dan kegemaranku. MaKA aku bahagia,” jawabnya.
“Orangtuaku hanya menuntut supaya harapan dan kemauannya terpenuhi. mereka tidak peduli dengan harapan dan perjuanganku,” lanjutnya.
“Apakah kamu bahagia ketika melihat orang tuamu sedih?,” tanya sahabatnya.
“Tidak ada anak yang ingin melukai hati orangtuanya. tetapi juga tidak mungkin anak demi kebahagiaan orangtaunya harus menderita seumur hidup,” jawabnya.
“Ketidakbahagiaan orangtuaku diciptakan sendiri. Jika saja mereka mau tahu apa yang aku lakukan, apa yang membuatku antusias dan punya gairah dalam hidup ini, pasti mereka akan menemukan kebahagiaan bersamaku,” katanya
Kebahagiaan itu perlu perjuangan.
Salah satunya adalah melucuti pikiran, perasaan, dan hati kita dari keinginan diri sendiri, baik yang kita sadari maupun yang tidak kita sadari.
Semakin diri kita dipenuhi harapan-harapan terhadap orang lain -bahkan kepada anak sendiri- maka ketidakbahagiaan, kekcewaan akan sering datang menghampiri kita.
Bisakah aku bahagia ketika orang lain bahagia dengan hidupnya?