Renungan Harian
Jumat, 29 Oktober 2021
Bacaan I: Rom. 9: 1-5
Injil: Luk. 14: 1-6
“SETIBA di rumah dari perjalanan luar kota, anakku perempuan bercerita bahwa tadi malam ada peristiwa mengerikan di RT-ku. Aku terkejut mendengar anak perempuanku mengatakan itu, karena dalam benakku terbayang peristiwa perampokan atau pembunuhan seperti yang pernah terjadi beberapa tahun silam.
“Ada perampokan atau pembunuhan?” tanyaku
“Bukan Pak. Itu lho pak, mbak-mbak yang kos di belakang diusir oleh pak hansip dan beberapa warga,” jawab anakku.
“Lho memang kenapa?” tanyaku lebih lanjut.
“Katanya, dia itu kerjaannya jual diri. Jadi dianggap bikin kotor lingkungan kita,” jawab anakku.
Selepas maghrib, aku sengaja pergi ke rumah pak RT untuk mendapatkan penjelasan tentang peristiwa itu; karena aku menjabat sebagai sekretaris RT.
Maksudnya supaya mendapat penjelasan langsung dari yang berwenang, sehingga kalau ada warga yang bertanya saya bisa memberi informasi yang benar.
Setiba di rumah pak RT, beliau menjelaskan bahwa atas laporan Bu Hansip, maka perempuan itu diusir karena membuat resah warga.
Saya bertanya kepada pak RT apakah Bu Hansip dipanggil dan perempuan itu juga dipanggil untuk ditanyai.
Pak RT mengatakan belum karena beberapa warga sudah ramai.
Malam itu atau kesepakatan pengurus RT, Ibu Hansip dipanggil untuk dimintai keterangan perihal laporannya yang mengatakan bahwa perempuan itu pekerjaannya jual diri.
Kami semua terkejut saat Bu Hansip menjelaskan bahwa dia sendiri tidak tahu pekerjaan perempuan itu.
Dia sesungguhnya sakit hati pada perempuan itu yang baru kos di RT kami, tetapi menegur Bu Hansip saat membuang sampah di sungai.
Bu Hansip marah dan sakit hati karena itu sudah kebiasaan di RT kami kalau membuang sampah di sungai.
Dia ditegur di depan beberapa warga, yang kemudian menyalahkan Bu Hansip.
Sakit hati dan dendam inilah yang mendasari bu Hansip membuat berita bohong, hanya karena malam sebelumnya melihat perempuan itu pulang malam diantar seorang laki-laki. Kami semua jengkel dengan tindakan Bu hansip; dan Pak RT juga menjadi malu karena kurang bijak,” seorang bapak mensyeringkan pengalamannya sebagai pengurus RT.
Dendam, iri hati sering kali menjadi pangkal dari tindakan-tindakan yang merugikan orang lain. Orang yang dendam dan iri hati selalu mencari sesuatu untuk melampiaskan dendam dan menjatuhkan orang lain.
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Injil Lukas, orang Farisi selalu mencari sarana untuk menjatuhkan Yesus agar Yesus tidak merintangi mereka. “ Semua orang yang hadir mengamat-amati Dia dengan seksama.”
Bagaimana dengan aku? Adakah aku mampu mengolah dendam dan iri hatiku?