PARA Karmelit menyebut Nabi Elia sebagai bapa, pendiri, dan inspirator. Dua sebutan yang pertama sebenarnya punya arti politis. Mengapa?
Ketika mereka kembali dari Tanah Suci ke Eropa, mereka mengalami krisis identitas. Waktu itu sudah ada ordo seperti Fransiskan dan Dominikan. Keduanya mempunyai pendiri. Sementara para Karmelit sebagai kelompok eremit yang didirikan di Gunung Karmel tidak mempunyai pendiri.
Karena alasan mereka mendirikan komunitas di Gunung Karmel adalah mengikuti teladan Nabi Elia, mereka menyebut diri sebagai putera-putera Elia.
Felip Ribot, seorang provinsial dari Provinsi Katalan, pada sekitar tahun 1370an menulis buku tentang rahib-rahib pertama. Di sana Felip menegaskan bahwa Nabi Elia mendirikan kelompok rahib. Karena itu, para Karmelit yang mengikuti Elia menganggap nabi besar Perjanjian Lama itu sebagai pendiri Ordo Karmel.
Sebutan yang paling tepat adalah inspirator, karena cara hidup Nabi Elia memberikan inspirasi kepada para Karmelit.
Apa yang mereka timba dari Nabi Elia?
Pertama, hidup kontemplatif dan pengalaman akan Tuhan. Sebagaimana halnya Elia tinggal dalam keheningan di Gunung Karmel untuk mengalami kehadiran Tuhan, demikian pula tujuan para Karmelit tinggal di Gunung Karmel.
Kedua, Nabi Elia juga berkarya dengan penuh semangat bagi Tuhan (1 Raja 19: 14). Para Karmelit pun bekerja segiat-giatnya bagi Tuhan Allah semesta alam. Mereka memberi kesaksian tentang Tuhan yang benar dan dapat diandalkan di hadapan dewa palsu setiap jaman.
Hingga kini, para Karmelit menghayati dua kehidupan, yakni hidup kontemplatif dan aktif. Mereka menghayati hidup doa dan keheningan untuk mendengarkan kehendak Allah. Kemudian mereka membagikan hasil kontemplasi itu dalam pelayanan mereka.
Menghayati dua kehidupan itu para Karmelit berharap akan mencapai kesempurnaan, seperti Tuhan Yesus Kristus. Bacaan Injil hari ini menampilkan Nabi Elia yang bersama Tuhan Yesus dalam kemuliaan-Nya (Luk 9: 28b-36).
Para Karmelit melayani Gereja dan masyarakat terutama dalam bidang doa dan kontemplasi. Pada saat kanonisasi Santo Nuno Alvarez, seorang Bruder Karmelit dari Portugal, April 2009 Paus Benediktus XVI mengatakan bahwa Ordo Karnel mengajar Gereja bagaimana berdoa.
Tinggal satu setengah tahun di Rumah Retret Shek O, Hong Kong bagi saya bagaikan pulang ke rumah setelah bertahun-tahun mengembara di banyak tempat. Saya menemukan yang selama 40 tahun sebagai Karmelit saya cari.
Interaksi saya dalam bimbingan rohani dengan mereka yang datang untuk retret menegaskan betapa banyak orang sungguh haus akan hidup doa dan kontemplasi. Keduanya menjadi air yang sangat menyegarkan bagi mereka yang hidup di padang gurun kota-kota modern.
Semoga kita semua selalu rindu mencari Tuhan dalam kontemplasi dan keheningan. Di sana kita pasti akan menemukan Tuhan, karena Dia telah lama menunggu kita pulang.
Rabu, 20 Juli 2022