“GEREJA bagai bahtera mengarungi zaman. Tuhanlah bintang pedoman arah dan tujuan Hidupnya penuh tantangan penuh perjuangan. Gelombang, badai, dan taufan menghadang di jalan. MungkinkaH bahtera tahan sampai ke tujuan. Di pantai kebahagiaan satu dengan Tuhan. Mari bersatu mari berpadu dalam satu iman dalam Kristus Tuhan sampai ke tujuan.”
Demikian lirik lagu Gereja Bagai Bahtera yang dinyanyikan untuk mengawali rangkaian Hari Studi Imam Keuskupan Agung Palembang (KAPal) yang berlangsung pada 7-9 Januari 2020.
Ratusan imam yang berkarya di Keuskupan Agung Palembang meliputi Provinsi Bengkulu, Jambi dan Sumatera Selatan, sejumlah biarawan-biarawati, tokoh umat dan perwakilan ormas Katolik hadir mengikuti Hari Studi Imam bertema “Mewujudkan Persaudaraan Insani dalam Semangat Misioner untuk Kerukunan dan Kedamaian Masyarakat”.
Kegiatan ini diselenggarakan di Rumah Retret Giri Nugraha Palembang, Sumatera Selatan pada Selasa (7/1).
Dokumen Abu Dhabi
Romo Guido Suprapto mewakili panitia menyampaikan bahwa pemilihan tema studi bersama dilandasi oleh “Dokumen Abu Dhabi, Persaudaraan Insani Demi Perdamaian Dunia dan Hidup Bersama” yang ditandatangani bersama oleh Paus Fransiskus dan Imam Besar Al Azhar Ahmed At-Tayyeb pada tanggal 4 Februari 2019 dan hasil studi para Uskup yang tertuang dalam Pesan Sidang KWI, Persaudaraan Insani untuk Indonesia Damai pada November 2019.
“Dalam ‘Dokumen Abu Dhabi’, Paus Fransiskus dan Imam Besar Ahmed At-Tayyeb secara sangat tegas menyatakan hal yang fundamental terkait dengan persaudaraan insani, yaitu kesadaran bahwa setiap manusia merupakan saudara bagi yang lain. Hendaknya kita hidup berdamai dengan setiap orang yang berbeda agama, budaya dan bahasa. Dari kedua dokumen tersebut tergambar keprihatinan dan kondisi aktual yang sedang mengemuka terkait dengan masalah sosial yang dihadapi oleh manusia seperti kesenjangan sosial, kemerosotan moral, terorisme, dan diskriminasi,” papar Romo Suprapto Pr seraya mengutip Pesan Sidang KWI.
Imam yang pernah berkarya di Komisi Kerasulan Awam KWI ini menyampaikan sebagai berikut.
“Dengan tema tersebut diharapkan para imam semakin memahami isi kedua dokumen tersebut serta berupaya mewujudkan persaudaraan insani dalam kehidupan bersama di tengah masyarakat.”
Uskup Keuskupan Agung Palembang Mgr. Aloysius Sudarso SCJ turut hadir dalam Hari Studi Imam ini.
Beliau menegaskan sebagai berikut. Yakni, bahwa Gereja dipanggil untuk membangun persaudaraan insani dan mendorong umat beragama untuk mau bersedia menerima dan menghargai perbedaan dalam keyakinan dan ajaran agama.
Bapak Uskup menyampaikan agar umat Katolik Keuskupan Agung Palembang memantapkan dan mengobarkan kembali semangat misioner. Itu karena semangat misioner adalah salah satu aspek Katolisitas yang harus ada dan dihidupi sepanjang hidup.
Umat sebagai pribadi dan dalam kebersamaan sebagai komunitas diharapkan memiliki semangat dan inisiatif untuk membangun persaudaraan insani di tengah masyarakat.
Beberapa narasumber lintas iman hadir membantu memberikan refleksi teologis dan pastoral serta memberikan pandangan dan harapan bagi Gereja Keuskupan Agung Palembang dalam usaha membangun persaudaraan insani.
Narasumber tersebut adalah Mgr. Christophorus Tri Harsono (Uskup Keuskupan Purwokerto), Hindra Lili (Buddhist), Prof. Dr. Muhammad Adil M.Ag (Islam), Pendeta Imanuel Rajiono S.Th, M.Th (Kristen Protestan), dan Made Toya (Hindu).