HARI Minggu, 27 Januari 2019 yang cerah, lautan insan manusia pemeran cinta, lakon kebajikan berdatangan dari berbagai daerah memenuhi Senayan Gelora Bung Karno-Jakarta untuk merenda cinta, merangkai persatuan di hari ulang tahun Muslimat NU ke-73.
Suara salawat umat manusia, insan penjaga NKRI (NU) menjadi sapaan cinta bahwa perbedaan bukan menjadi penghalang untuk saling mencintai, tapi mencintai adalah ibadah dan iman melewati batas-batas perbedaan.
Ditengah kumandang cinta dalam lantunan salawat insan NU yang menyatukan cinta di hari ulang tahun Muslimat NU ke-73, di atas hamparan karpet berwarna merah, langkah penuh kepastian dan keberanian berjejak dua orang suster yang adalah Katolik menghadiri undangan untuk ikut menyatukan cinta di hari ulang tahun Muslimat NU.
Kehadiran para suster adalah Cinta, sebuah jawaban cinta untuk saling mencintai. Perbedaan adalah jalan untuk menyulam persatuan atas nama cinta.
Hari itu, Muslimat NU dan para suster menunjukan kepada dunia bahwa perbedaan tidak harus dipertentangkan, perbedaan tidak harus ditakuti, perbedaan tidak harus diperdebatkan dengan berbagai macam dalil agama. Melainkan perbedaan harus dirajut, disulam menjadi sebuah rajutan dan sulaman yang indah.
Kuatnya persatuan bukan semata-mata karena kita sama, tetapi karena cinta. Dan mencintai juga bukan karena kita adalah sama, tetapi karena perbedaan. Dari perbedaan, cinta itu lahir. Dan karena cinta, perbedaan dirangkai menjadi satu kekuatan yang melengkapi sebagai satu saudara, sahabat dan keluarga.
Dua suster
Hari ulang tahun Muslimat NU ke-73 yang dihadiri oleh berbagai kalangan dan agama seperti kehadiran dua orang suster biarawai Katolik ini, mengingatkan kita akan kata bijak almarhum Gus Dur: “Semakin berbeda kita, makin jelas di mana titik-titik persatuan kita”.
Perbedaan adalah karunia yang diterima untuk saling melengkapi untuk membangun satu bangunan bersama yang bernama kesatuan dan persatuan (Ef 4:1-16).
- Ketika masih banyak orang mempersoalkan perbedaan;
- bahkan menjadikan perbedaan sebagai alasan untuk tidak bersatu
- menjadikan perbedaan sebagai alasan untuk menjauhkan kemanusiaan
- ketika banyak orang tercerai berai karena perbedaan pilihan
- dan ketika banyak orang saling mencaci dan memfitnah hanya karena perbedaan, Muslimat NU dan umat beragama lainnya secara khusus kehadiran dua suster ini justru menjadikan perbedaan untuk saling mencinta, demi membangun satu rumah bersama yaitu rumah persatuan, panggung cinta.
Hari ulang tahun Muslimat NU ke-73 adalah sulaman cinta yang menyatukan perbedaan, yang merajut helaian-helain yang terkoyak dan tercabik.
Kehadiran para suster di hari ulang tahun Muslimat NU ke-73 adalah kidung cinta yang membahasakan bahasa cinta dengan mencintai sesama dengan segenap hati, budi dan pikiran adalah mencintai Tuhan yan Esa (Mat 22:35-38).
Pesan damai di hari ulang tahun Muslimat NU ke-73 untuk kita semua bahwa perbedaan itu adalah cinta.
Menolak perbedaan adalah menolak cinta. Menolak cinta adalah menolak persatuan.
Tepat kata seorang temanku yang adalah kader muda NU yang mengirimkan foto ini lewat pesan WA pagi ini; “NU bersatu dengan Katolik tidak bisa dikalahkan”. Semoga.
Manila: Enero-28-2019
Kredit foto: Saidiman Ahmad