DIKISAHKAN bahwa pemberitaan tentang kebangkitan Kristus ditolak mentah-mentah oleh ulama-ulama Yahudi. Ruang gerak para Rasul dalam mewartakan kebangkitan Kristus tidak hanya dipersulit oleh alim ulama Yahudi Saduki tetapi sengaja diupayakan untuk dimusnahkan dari muka bumi.
Apa yang mendorong mereka bertindak seperti itu? Apakah semata-mata karena ditekan oleh faktor iri hati?
Sangat mungkin sikap mereka seperti itu tidak cuma dipicu oleh rasa iri hati. Bisa jadi di samping sikap irihati ada faktor lain yang mereka takuti, yaitu takut kehilangan tempat mengais perpuluhan dari umat yang sudah terlanjur mengikuti mereka.
Jadi, kehadiran para Rasul ini, dipahami oleh mereka tidak hanya sebagai ancaman terhadap iman Yahudi yang mereka imani, tetapi di situ ada ancaman lain yaitu perpuluhan sebagai nilai ekonomi. Dan dalam kesadaran yang tak terucap, bisa jadi nilai keulamaan yang mereka peroleh akan kehilangan kewibawaannya apabila tidak ditunjang secara ekonomi.
Dengan kata lain, uang dan jabatan ulama sangat erat kaitannya.
Kendati demikian, Roh Kudus tidak tinggal diam. Dia selalu berupaya menerobos membawa masuk kebenaran yang sesungguhnya. Dia tidak hanya menduga tetapi, mampu mendeteksi sejauh mana kesadaran dan motivasi terselubung dalam hati para alim ulama Yahudi waktu itu.
Orang bijak berkata, “dalamnya laut bisa diukur tetapi, dalamnya hati manusia hanya Roh Kudus yang tahu”.
Kalau begitu, tidak ada manfaatnya orang mengibuli Tuhan. Dia tahu luar dan dalamnya hidup manusia, alim ulama sekalipun, Dia tahu (bdk. Mzm 139: 1-4).
Oleh karena itu, seperti apa pun bentuk motivasi dan sikap manusia untuk menjegal langkah-langkah Tuhan dalam mempublikasikan kebenaran-Nya melalui para Rasul-Nya, usaha manusia tidak dapat menghalanginya.
Kebenaran inilah yang diimani oleh para Rasul. Dan di dunia real, hanya manusialah yang selalu membengkokkan kebenaran. Dan bagi kita, sikap ulama Yahudi ini bisa juga menjadi sikap kita.
Untuk itu, ada baiknya kalau kita ikut berdoa bersama Pemazmur yaitu, “Bawalah aku berjalan dalam kebenaran-Mu dan ajarlah aku, sebab Engkaulah Allah yang menyelamatkan aku, Engkau kunanti-nantikan sepanjang hari.” (Mzm 25:5).
Renungan: “Iri hati dan sakit hati memperpendek hidup, dan kesusahan membuat orang menjadi tua sebelum waktunya” (Sir 30:24).
Dalam hal apa aku bisa bersikap irihati dan menyusahkan hidup orang lain?
?? Tuhan memberkati.
Apau Kayan, 1.5.2019