Home BERITA Eleine Magdalena Sengkey, Doktor Teologi Perempuan Alumnus STFT Widya Sasana Malang (1)

Eleine Magdalena Sengkey, Doktor Teologi Perempuan Alumnus STFT Widya Sasana Malang (1)

0
Eleine Magdalena Sengkey, doktor teologi perempuan alumnus STF Widya Sasana Malang bersama dua promotor disertasinya yakni Prof Dr Henricus Pidyarto Gunawan O.Carm dan Prof Dr Armada Riyanto CM. Dr Eleine merupakan doktor teologi keempat lulusan STFT Widya Sasana Malang. (Dok keluarga)

BERKAT keberhasilannya mempertahankan disertai berjudul Aplikasi Teologi Detachment Santo Yohanes Salib dalam Perkawinan yang Menderita (STFT: 2024), Eleine Magdalena Sengkey memperoleh gelar doktor teologi.

Dr. Eleine Magdalena Sengkey dengan demikian melengkapi daftar doktor teologi perempuan di Indonesia yang jumlahnya masih sangat kecil.

Informasi publik tentang sidang ujian terbuka promosi gelar doktoral bagi Eleine Magdalena Sengkey di STFT Widya Sasana Malang, 23 Maret 2024. (STFT/Keluarga)
Eleine Magdalena Sengkey berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul “Aplikasi Teologi Detachment Santo Yohanes Salib dalam Perkawinan yang Menderita” di hadapan tim dosen penguji. Ki-ka: Dr. Alphonsus Tjatur, ⁠Dr. Edison ⁠Robertus Wijanarko Ph.D, promotor
⁠Mgr. Prof Dr Henricus Pidyarto Gunawan O.Carm, promovendus Eleine Magdalena Sengkey, promotor Prof Dr Armada Riyanto CM, Prof. Anita Lie, dan Dr. Yustinus. (STFT Widyasasana Malang)

Abstrak disertasi: “malam gelap” aktif dan pasif

Ajaran Santo Yohanes Salib tentang detachment sangat relevan untuk “meneropong” kasus-kasus pasangan suami-isteri yang mengalami penderitaan, namun mereka masih tetap ingin mempertahankan ikatan perkawinannya. Penderitaan perkawinan dalam terang Teologi Yohanes Salib dapat menjadi pintu menuju detachment.

Penderitaan yang diterima sebagai bagian panggilan hidup berkeluarga menjadi suatu “malam gelap” yang memurnikan jiwa. “Malam gelap” bagi Yohanes Salib adalah fenomena spiritual yang dikerjakan Allah di dalam diri manusia. Namun juga tidak dapat dilepaskan dari keberadaan eksistensial manusia.

Perjuangan manusiawi dalam menjalani panggilan hidup sebagai suami-isteri untuk mengatasi penderitaan dapat dilihat sebagai “malam gelap” yang aktif. Sementara, pengalaman rahmat dalam menerima penderitaan perkawinan dapat dilihat sebagai “malam gelap” pasif.

Santo Yohanes dari Salib (24 Juni 1542 – 14 Desember 1591) memperkenalkan teologi “detachment” dalam mengelola penderitaan. (Ist)

Detachment, bagian dari “malam gelap”

Detachment merupakan bagian dari “malam gelap” tersebut. Perkawinan Katolik dan detachment Yohanes Salib berada dalam ranah yang sama yaitu manusia yang dibimbing oleh rahmat Allah menuju kekudusan.

Suami-isteri dalam perkawinan Katolik terikat secara spiritual tepat sebagaimana yang mau dituju oleh detachment yaitu hati yang lepas bebas agar dapat mengarahkan segalanya kepada Allah. Namun jalur untuk mencapai tujuan perkawinan itu harus dibantu secara spiritual. Agar perkawinan dapat berjalan sesuai dengan prinsip ke-Katolik-an.

Detachment inilah yang perlu diupayakan oleh pasangan suami-isteri agar perkawinan dapat dijalani sebagaimana yang dikehendaki dan direncanakan Allah. Keterikatan dalam perkawinan benar-benar menjadi keterikatan yang sifatnya spiritual.

Kesulitan-kesulitan yang dialami pasangan suami-isteri ini tidak menjadi penghalang untuk sebuah keterikatan dalam perkawinan. Melainkan menjadikan dapat menguatkan persatuan pasangan suami-isteri dengan Tuhan dan sesama.

Detachment menurut teologi Santo Yohanes dari Salib

Penelitian fenomenologis ini menemukan bahwa para isteri mampu bertahan dalam penderitaan perkawinan, karena tetap berpegang pada ajaran Injil dan ajaran Gereja.

Proses penderitaan menuju hati yang lepas bebas dapat dilihat dalam terang teologi detachment Santo Yohanes Salib sebagai proses menuju detachment melewati “malam gelap” yang aktif dan pasif, inderawi, dan rohani.

Detachment memungkinkan jiwa bertransformasi menjadi manusia baru yang akal budinya diterangi oleh iman. Daya ingat dimurnikan oleh pengharapan dan kehendak dikuatkan oleh kasih. 

Kulit muka naskah disertai berjudul “Aplikasi Teologi Detachment Santo Yohanes Salib dalam Perkawinan yang Menderita” yang diajukan promovendus Eleine Magdalena Sengkey dalam upaya memperoleh gelar doktor teologi di STFT Widya Sasana Malang, 23 Maret 2024. (Romo Armada Riyanto CM)
Suasana ujian terbuka bagi Eleine Magdalena Sengkey dalam upayanya bisa mempertahankan disertainya di hadapan sejumlah dosen tim penguji di STFT Widyasasana Malang, 23 Maret 2024.(Dok. Keluarga)

Detachment Yohanes Salib berhubungan dengan dimensi antropologis manusia

Menurut Yohanes Salib, manusia terkonstruksi atas aspek internal yaitu akal budi, ingatan dan kehendak. Juga aspek eksternal yaitu panca indera yang menghubungkan jiwa dengan dunia luar.

Menurut Yohanes Salib, penderitaan manusia disebabkan oleh akal budi, ingatan, dan kehendak yang belum dimurnikan.

Ketika jiwa yang mengalami penderitaan kodrati namun masih tetap berpegang setia pada iman, harapan dan kasih, maka pada saat itulah akal budi, ingatan dan kehendak lalu dimurnikan. Kebajikan teologis menguatkan detachment dan sekaligus juga merupakan hasil detachment.

Tiga kebajikan adalah tempat perjumpaan Allah dan manusia di mana proses pemurnian atau “malam” gelap terjadi dalam daya-daya jiwa ini.

Proses pemurnian dengan rahmat Tuhan dapat mentransformasi jiwa menjadi baru. Penderitaan yang disebakan oleh akal budi, ingatan dan kehendak yang belum dimurnikan menjadi penderitaan yang berdimensi ilahi, ketika dimurnikan dalam iman, harapan dan kasih.

Pada saat inilah proses detachment sebagai treatment ilahi terjadi. Hasil treatment ilahi ini adalah persatuan dengan Tuhan, pasangan, dan pengembangan diri.

Dukungan keluarga terjadi, saat Eleine Magdalena Sengkey berupaya mempertahankan disertainya. Maka, rasa sukacita menyeruak di setiap relung hati suami dan kedua anaknya, ketika tim dosen penguji akhirnya menyatakan keberhasilan Eleine mempertahanan disertasinya dan dinyatakan lulus menjadi doktor teologi keempat alumnus STFT Widya Sasana Malang. Ki-ka: Anak kedua: Yohanes Paulus Rayner Wijaya; suami: Paulus Singgih Wijaya; Eleine; anak pertama:D. Winner Wijaya. (Dok. keluarga)

Mencari maknanya

Disertasi ini menawarkan aplikasi teologi detachment Yohanes Salib dalam perkawinan. Agar penderitaan yang dialami menjadi tidak sia-sia, melainkan menjadi jalan pertumbuhan rohani dan kekudusan bagi pasangan suami-isteri.

Perkawinan yang dihayati dalam terang teologi detachment Yohanes Salib dapat menolong suami-isteri menjalani penderitaannya dengan tetap berpegang pada iman, harapan dan kasih untuk bertumbuh dalam kekudusan.

Detachment Yohanes Salib menjadi treatment ilahi, ketika pasangan suami-isteri memasukkan iman, harapan, dan kasih dalam perjuangan hidup mereka sehari-hari. (Berlanjut)

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version