Home BERITA Emaus Rumah Ekaristi

Emaus Rumah Ekaristi

0
Perjamuan di Emaus, by Rembrandt, 1648

Puncta 23.04.23
Minggu Paskah III
Lukas 24:13-35

SEPENGGAL syair lagu Berita kepada Kawan dari Ebiet G. Ade dapat menjelaskan bagaimana perjalanan hidup yang berat harus dilalui.

Kesedihan, putus asa, takut, bingung, kegagalan dan rasa kehilangan harus dijalani dengan tawakal.

“Perjalanan ini terasa sangat menyedihkan
Sayang engkau tak duduk di sampingku kawan
Banyak cerita yang mestinya kau saksikan di tanah kering bebatuan.

Tubuhku terguncang dihempas batu jalanan
Hati tergetar menampak kering rerumputan
Perjalanan ini pun seperti jadi saksi. Gembala kecil menangis sedih.”

Ebiet menggambarkan bagaimana rasanya seorang anak kehilangan bapak ibunya sekaligus karena korban bencana. Ia mengalami sedih yang mendalam.

Rasa kehilangan tak bisa digantikan. Keputusasaan melihat masa depan yang suram selalu terbayang.

Kiranya suasana seperti itulah yang dialami dua murid yang pulang ke Emaus. Mereka sedih kehilangan seorang panutan, Guru dan Tuhan.

Harapan mereka hancur berantakan. Masa depan terasa gelap dan hambar. Ketika Yesus bertanya, mereka berhenti dengan muka muram.

Ketika masih bersama Yesus, harapan mereka tinggi melambung. “Kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan Bangsa Israel.”

Kematian Yesus membuyarkan semua harapan yang ada.

Dalam situasi yang gelap, sedih dan muram itu, Yesus hadir menemani perjalanan mereka, kendati mereka tidak menyadari-Nya.

Bahkan Ia menjelaskan isi Kitab Suci yang menyatakan bahwa Mesias harus menderita sengsara dan mati di kayu salib. Tetapi pada hari ketiga Ia dibangkitkan Allah.

Penjelasan Kitab Suci belum menyadarkan bahwa teman seperjalanan itu adalah Yesus sendiri. Baru ketika Dia singgah dan makan bersama, saat Dia memecah-mecahkan roti, mata hati mereka terbuka bahwa Dialah Yesus.

Di dalam Ekaristi, Yesus hadir menyatakan Diri. Di dalam Ekaristi para murid mengenali Yesus. Di dalam Ekaristi itulah perjumpaan dengan Yesus menjadi penuh.

Kita pantas bersyukur karena kita diundang hadir mengikuti Ekaristi setiap hari. Dengan Ekaristi itulah kita dapat menerima Kristus yang telah bangkit mulia.

Ekaristi mengubah semangat hidup para murid. Yang tadinya “muka muram” menjadi berkobar-kobar.

Yang tadinya “lamban hati” berubah menjadi cepat-cepat beraksi mewartakan Kristus. Yang tadinya takut karena hari sudah malam, mereka menjadi berani kembali saat itu juga ke Yerusalem.

Perjumpaan dengan Kristus membuat hidup kita berubah dan diperbaharui. Sudahkah anda mengalami disapa oleh Tuhan dan diubah menjadi berkah?

Selamat merayakan hari Idul Fitri.
Maaf lahir batin bagi pembaca puncta ini.
Marilah setia ikut Ekaristi tiap hari,
Dengannya kita akan diperbaharui.

Cawas, kembali ke hidup yang fitri…

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version