KABAR gembira kali ini datang dari keluarga besar Kongregasi Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) di Pontianak. Bertepatan dengan Hari Raya Santa Maria Diangkat ke Surga, berlangsunglah upacara meriah pengikraran kaul kekal empat bruder dan pembaharuan kaul dua bruder MTB di Gereja St. Yosef Paroki Katedral Pontianak, Rabu tanggal 15 Agustus 2018.
Hadir di altar sebagai selebran utama, Mgr. Agustinus Agus bersama Uskup Agung Emeritus Mgr. Hieronymus Herculanus Bumbun OFMCap beserta sembilan imam lainnya.
Pesta membiara di tiga negara
Menurut Pemimpin Umum Kongregasi MTB, Br. Rafael, perayaan penuh syukur atas panggilan suci sebagai bruder ini terjadi serentak di hari yang sama di beberapa tempat dan di negara yang berbeda.
Bruder yang pernah duduk di Dewan Pimpinan Umum kurun waktu tahun 2011-2017 ini mengatakan, di Indonesia ada empat saudara muda menerima pakaian biara tanda pertobatan sekaligus memulai masa pembinaan di Novisiat Bruder MTB di Yogyakarta.
Di Gereja Katedral Pontianak ada dua bruder yunior diperkenankan memperbaharui kaulnya (satu lainnya nanti di Yogyakarta) dan tiga bruder lainnya boleh mengucapkan kaul kekal.
Pesta hidup membiara ini juga terjadi di Negeri Kincir Angin Negeri Belanda di mana ada satu bruder merayakan 65 tahun pesta hidup membiara. Hal sama juga terjadi di Brasilia: satu bruder MTB genap merayakan 60 tahun dan satu bruder lainnya merayakan 65 tahun hidup membiara.
Keempat bruder MTB yang mengikrarkan kaul kekalnya adalah:
- Bruder Patrisius Marten MTB asal Keuskupan Agung Pontianak.
- Bruder Hieronimus Fililianus Nasu Rusik MTB asal Keuskupan Maumere.
- Bruder Anton Mili MTB asal Keuskupan Sanggau.
- Bruder Marianus MTB asal Keuskupan Larantuka.
Ketiga Bruder yunior yang membaharui kaul adalah:
- Bruder Anselmus MTB.
- Bruder Alfonsus MTB.
- Bruder Ferdianus MTB (yang memperbarui kaulnya di Yogyakarta).
Makna jubah MTB
Dalam suasan yang penuh syukur dan gembira, keempat Bruder MTB yang berpesta dengan bangga melangkah ke depan altar kudus untuk mempersembahkan diri secara total kepada Allah. Mereka berbusana jubah warna kelabu dengan tenunan benang putih dan benang hitam.
Putih melambangkan niat yang suci, sedangkan yang hitam melambangkan dosa dan kesalahan, namun tetap bersedia untuk bertobat dan menyerahkan diri kembali kepada kehendak Allah.
Maka busana khas Bruder MTB ini memperlihatkan identitasnya sebagai seorang yang sadar akan kelemahannya, namun bertekad pula untuk mengutamakan yang baik dan yang suci.
Lantaran makna tersebut, sejumlah pengikut Santo Fransiskus dari Assisi sejak abad ke-13 mengenakan jubah warna kelabu.
Maria, teladan Bruder MTB
Bapak Uskup Agung KAP Mgr. Agustinus Agus dalam homilinya mengajak semua bruder MTB untuk meneladani Maria dalam melaksanakan tugas pelayanan. Itu karena, kata Uskup, Bunda Maria telah dipilih untuk menghadirkan Allah sebagai manusia sejati di tengah-tengah kita.
Demikian juga mereka dipanggil untuk menghadirkan kebaikan dan kasih Allah melalui pribadi dan karya pelayanan mereka.
Uskup yang piawai berpantun ini juga mengatakan alasan mengapa menjadikan Maria sebagai teladan, justru karena Maria adalah perempuan sederhana yang pada zamannya masuk kelompok yang miskin, tidak diperhitungkan. Namun Allah justru memilih dia yang sederhana untuk mengemban tugas berat dan mulia.
Karena Maria rendah hati dan yakin bahwa Tuhan mencintainya, maka ia mampu menerima tugas maha sulit ini dengan gembira.
“Sangat penting bruder-bruder memiliki semangat Maria yang dengan penuh imam yakin bahwa Tuhan mencintainya. Di situlah letak kekuatan Maria, yang kiranya juga menjadi kekuatan para bruder yakni selalu merasa diri dicintai Tuhan,” ungkap Uskup.
Simpliciter et Confidenter
Semboyan atau motto pendiri kongregasi bruder MTB adalah “Simpliciter et Confidente” (dengan bersahaja dan iman). Ini merupakan khazanah warisan spiritualitas yang menjadi roh pengerak para bruder MTB untuk tetap eksis dalam karya pelayanan, khususnya bidang pendidikan dan asrama guna menjawab kebutuhan zaman ini.
Tonggak sejarah lahirnya Kongregasi Bruder-bruder MTB (Maria Tak Bernoda) di Indonesia sudah ada sejak tahun 1921.
Kongregasi yang didirikan oleh Mgr. J. Van Hooydonk, Uskup Keuskupan Breda di Negeri Belanda ini mengawali kiprah pelayanannya di Bumi Borneo, tepatnya di Singkawang, Kalimantan Barat yang termasuk wilayah Keuskupan Agung Pontinak.
Hingga tahun 2018 ini, para bruder MTB mulai berkarya di kota-kota lainnya yakni Pontianak, Kuala Dua, Sekadau, Putussibau (semuanya masuk wilayah Keuskupan Sanggau, Kalbar); serta di Pati dan Yogyakarta di Keuskupan Agung Semarang.
“Jadilah Bruder MTB 100% MTB”
Ajakan ini terlontar dari ucapan Pimpinan Umum, Br. Rafael Donatus MTB.
Dalam sambutannya, bruder yang kini berdomisili di Generalat MTB Jl. Sepakat II Pontianak ini mengajak para bruder khususnya keempat bruder yang mengucapkan kaul kekal untuk menjadi seorang bruder yang 100% MTB.
Artinya adalah menjadi Bruder MTB yang sejati dalam menghidupi visi-misi dan spiritualitas pendiri dengan kesungguhan hati.
“Kaul kekal bukanlah akhir dari sebuah panggilan, justru ini adalah awal mula bagi empat bruder untuk berkiprah dalam tugas pelayanan di tengah masyarakat untuk menjadi pewarta iman dan kasih. Teruslah mengembangkan diri di dalam persaudaraan MTB yang saat ini sudah menyatu dengan kalian,” ungkapnya.
Sedangkan Mgr. Agus memberi pesan bahwa keempat bruder yang berkaul kekal untuk meneladani para pendahulu tetap setia sampai akhir dengan terus-menerus memelihara relasi dengan Tuhan yang memanggil.
“Sekali Bruder tetap Bruder,” demikian ungkapnya memberi peneguhan.
Uskup juga memberikan motivasi bahwa para bruder jangan malu jika dikatakan sebagai ‘orang-orang aneh’ di era kekinian ini. Sebab katanya, justru orang-orang aneh inilah ini yg justru di butuhkan sebagai duta keselamatan bagi semua orang yang dilayani.
Ungkapan rasa syukur juga disampaikan oleh keempat bruder yang berkaul kekal yang diwakili oleh Br. Hieronimus.
Bruder yang kini bertugas sebagai guru di SMA St. Paulus Pontianak ini mengatakan bahwa kekuatan yang mendorong mereka berempat untuk berani beriktiar seumur hidup dalam Kongregasi MTB adalah berkat relasi yang harmonis dengan Tuhan melalui doa. Juga adanya dukungan dari para saudara di Komunitas.
Kesan manis juga datang dari pihak keluarga empat bruder berkaul kekal, yang diwakili oleh paman Br. Hieronimus.
Mereka mengatakan bangga atas keputusan yang berani dari 4 bruder di tengah tantangan zaman modern dengan aneka tawaran yg menggoda.
“Keberanian keempat bruder ini patut diacungkan jempol. Ini bukan kekuatan manusia tetapi campur tangan Tuhan. Oleh karena itu layanilah Tuhan dan sesama dengan kesungguhan hati. Jangan takut, tugas berat ini akan didukung oleh kami sebagai keluarga dalam doa untuk mengiringi panggilan anda.
Acara kemudian berlanjut dengan ramah-tamah dan hiburan di gedung Bina Remaja Kompleks Persekolahan Bruder, belakang Gereja Katedral St. Yosef Pontianak.
Kredit foto: Samuel/Komsos Keuskupan Agung Pontianak.