Home BERITA Jesuit Empat Pilar Keberhasilan “Korporasi” Bernama Yesuit

Empat Pilar Keberhasilan “Korporasi” Bernama Yesuit

0

DIDIRIKAN tahun 1540 oleh sepuluh orang tanpa  modal”, tanpa rancangan muluk-muluk, Serikat Yesus yang kini lebih populer disebut Yesuit alias “sahabat-sahabat Yesus” membangun — dalam waktu sedikit melebihi satu generasi– salah satu organisasi paling berpengaruh di dunia.

Dan kini, lebih dari 450 tahun kemudian, Yesuit telah mencatatkan kiprah yang luar biasa di berbagai kancah kehidupan: pendidikan, sosial, politik, ilmu pengetahuan, budaya, dan masih banyak lagi.

Mengapa dulu dan kini para Yesuit itu berhasil? Apa yang memacu kreativitas, energi, dan inovasi mereka? Bagaimana mereka telah menggapai sukses sementara begitu banyak perusahaan dan organisasi tidak mampu melewati satu abad saja?

Menurut Chris Lowney, seorang mantan Yesuit yang juga pernah menjadi eksekutif di J P Morgan, kesuksesan Yesuit itu bersumber pada “empat pilar keberhasilan”.

Yesuit melatih para calon anggotanya untuk memimpin, karena yakin bahwa semua kepemimpinan berawal dengan kepemimpinan diri. Jesuit menghindari gaya kepemimpinan yang sok gemerlap dan sebagai gantinya berfokus pada empat nilai pokok yang menciptakan substansi kepemimpinan:

  • Kesadaran Diri: Memahami kekuatan, kelemahan, nilai-nilai, dan pandangan hidup Anda.
  • Ingenuitas: Kemampuan berinovasi dan beradaptasi dengan penuh keeyakinan terhadap dunia yang terus berubah.
  • Cinta: Kesediaan untuk terlibat dengan dan melibatkan orang lain dengan sikap positif yang memungkinkan perkembangan potensi dan bakat terpendam mereka
  • Heroisme: Menyemangati diri sendiri dan orang lain dengan ambisi-ambisi dan hasrat-hasrat heroik untuk melakukan segala sesuatu secara tuntas dan prima

Dengan menerapkan prinsip-prinsip itu ke dalam hidup sehari-hari, Yesuit membangun sebuah organisasi yang mengoperasikan jaringan internasional perdagangan, pendidikan, dan berbagai karya lainnya selama hampir lima abad.

Lowney meyakini bahwa prinsip-prinsip yang sama itu dapat membuat kita masing-masing menjadi pemimpin yang dinamis dalam abad kedua puluh satu ini.

PUSPO KUNTJORO, pernah belajar theologi di Melbourne, Australia

Sumber: Heroic Leadership oleh Chris Lowney, Gramedia Pustaka Utama (2005)

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version