Home BERITA Enam Tahun Jadi Supir Truk di Perkebunan Sawit, Kini Albert Jadi Bruder...

Enam Tahun Jadi Supir Truk di Perkebunan Sawit, Kini Albert Jadi Bruder MTB

0
Para Bruder MTB muda memancarkan kegembiraan dalam semangat Santo Fransiskus Assisi.

DI senja itu, dengan lampu kapel temaram tepatnya pukul 16.30 WIB, alunan musik orgen yang mendayu mengiringi langkah para Novis Bruder MTB dan dua Saudara Yunior menuju altar ekaristi yang kudus dengan khidmat.

Ritual upacara penerimaan pakaian pertobatan tersebut, disiarkan secara live streaming. Hadir pula beberapa umat dengan terbatas  dalam perayaan tersebut.

Setiap tanggal 15 Agustus bagi bruder MTB merupakan hari istimewa untuk resminya seorang calon bruder masuk dalam tahun kanonik. Juga bagi para bruder yang memasuki profesi pertama, pembaruan kaul, kaul kekal maupun pesta 25, 40, 50 dan 70 tahun hidup membiara.

Di Novisiat Bruderan MTB Yogyakarta, perayaan ekaristi ini berjalan dengan lancar sambil mengikuti protokol kesehatan secara baik dan benar di tengah pandemi covid 19.

Perjumpaan multikultur identitas

Kesembilan novis yang menerima pakaian pertobatan ini datang berbagai keuskupan yang di Indonesia di antaranya Keuskupan Agung Pontianak, Ketapang, Sanggau, Larantuka, Ruteng,  Atambua, dan Keuskupan Agung Merauke.

Di antara mereka ada yang sudah mempunyai pengalaman dalam dunia kerja misalnya menjadi sopir truk di perkebunan kelapa sawit Kalimantan Barat, karyawan gerai belanja, pelayan pastoral dan yang lainnya  baru lulus dari SMA.

Masing-masing langsung menyatakan diri mau bergabung  dengan Kongregasi Bruder MTB (Maria Tak Bernoda). Proses pengenalan akan profil dan spiritualitas Kongregasi Bruder MTB diawali dengan Masa Aspiran selama satu tahun di Pati, Jawa Tengah.

Perjumpaan dalam perbedaan budaya, bahasa dan karakteristik lainya menjadi tantangan namun sekaligus menjadi kekayaan, keindahan dalam keberagaman sebagai pengikut Kristus dalam semangat spritualitas Santo Fransiskus Asisi.

Di sinilah mereka bisa menemukan bagaimana belajar menjadi saudara dan berjuang untuk menerima dan mengakui identitas orang lain dalam budaya Injili.

Kesempatan mengenal diri melalui berbagai kegiatan yang sudah dirancang di formasi Novisiat.

Upacara penerimaan penjubahan para bruder MTB berlangsung dengan khidmat.

Pergumulan membentuk diri

Bagi mereka, Masa Novisiat ibarat ruang pergumulan suci. Menurut Aldo yang sudah diganti namanya menjadi Bruder Octavianus, setelah menerima pakaian pertobatan, dia merasa bahagia. Ini karena dirinya telah diterima sepenuhnya di jenjang formasi Novisiat.

Alumnus SMA Santo Ignasius Singkawang tahun 2017 ini menyatakan bahwa tahap formasi merupakan sebuah laboratorium untuk menemukan kemurnian hati yang sedang berlabuh mencari identitas diri menjadi seorang Bruder MTB.

Pemuda dengan bintang libra yang suka membaca buku dan mendengarkan musik ini mempunyai prinsip ini.

“Saatnya harus bertanggungjawab penuh menentukan setiap keputusan agar benar-benar menjadi seorang bruder MTB sejati. Juga siap dibentuk dan diformat sesuai maksud dan tujuan hidup panggilan bruder MTB,” katanya sangat mantap.

Bruder Octavianus adalah anak bungsu pasangan Bapak Afred Gandhi dan Ibu Anastasia Yeni.  

Kesembilan Novis Bruder MTB (Maria tak Bernoda) dengan semangat dan bahagia mengenakan jubah abu-abu.

Ungkapan Br. Octavianus juga menjadi kekuatan bagi Br. Damian. Anak tunggal  dari Keuskupan Atambua ini merasa bahagia, terharu, saat menerima upacara pakaian pertobatan. Ia tidak menyangka bisa masuk dalam jenjang formasi dengan segala pergumulan dan kegelisahan sebelumnya.

Menurut penyuka tanaman ini, selama masa pembinaan di Novisiat, pastinya ada tantangan dalam hidup bersama.

Namun, Damian pun dengan mantap untuk siap menjalani tahun kanonik dengan segala proses dinamikan hidupnya. Selain itu, alumnus SMA Negeri 2 Tasifeto Timur di NTT ini merasa bahagia karena di Kongregasi Bruder MTB ini, dia bisa berjumpa teman-teman dari daerah lain. Sama-sama ingin menjadi bruder MTB.

Selain itu, Bruder Agustinus yang sebelumnya disapa Gusti mengungkapkan dirinya  sangat senang, bahagia dan sukacita dengan menerimaan pakaian biara ini. Namun, alumnus SMA YPPK Yos Sudarso di Merauke 2015 ini merasa masih ada kegelisahan. Bagaimana ia bisa menjadi religius yang rendah hati, sabar dan semangat melayani sesama.  

Gusti yang suka bertukang ini ingin belajar banyak tentang gaya hidup Fransiskan dalam bingkai kultural Indonesia.

Enam tahun jadi supir truk

Sedangan Bruder Albert yang masuk pada usia sangat dewasa ikut bergembira karena selama Masa Aspiran dan Postulan berjuang bagaimana ia bisa menyesuikan diri dnegan teman-teman yang masih muda dan energik.

Albert sudah pernah selama enam tahun menjadi sopir truk di perkebunan kelapa sawit.

“Masa Novisiat adalah ruang untuk mengambil keputusan yang tepat dan ketetapan hati atas pilihan hidup untuk menjadi bruder MTB,” ujar Albert yang sebelumnya belum tahu apa-apa tentang bruder MTB ini dengan percaya diri.

Sukacita menjadi bruder-bruder Kongregasi Bruder Maria Tak Bernoda (MTB)

Pakaian biara warna abu-abu

Para bruder MTB yang sering dijuluki saudara peziarah atau perantau, di bawah pelindungan Bunda Maria mempunyai pakaian atau busana biara yang unik. Menurut sejarah, para bruder misionaris dari Belanda dulu selalu berjubah berwarna hitam. Seiring dengan perjalanan waktu, warna jubah pun lalu diganti dengan warna putih.

Di kemudian hari dan setelah lama direfleksikan oleh para Dewan Umum Kongregasi, mereka bersepakat mengganti jubah dengan warna abu-abu. Warna abu-abu ini dilambangkan sebagai peziarah yang bertobat (peniten).

Warna jubah ini berasal dari dua warna benang putih dan hitam. Warna putih artinya manusia suci dengan hidup sesuai kehendak Allah. Sedangkan warna hitam adalah simbol hasrat kegelapan manusia.

Untuk mendamaikan kerapuan dalam diri manusia dua warna tersebut, dipadukan menjadi abu-abu yang artinya pertobatan. Maka para bruder MTB hendaklah selalu hidup pertobatan terus menerus sepanjang hidupnya.  

Selain itu, dalam Buku dan Upacara MTB (2008: 87), jubah ini sebagai tanda lahiriah dan niat suci seseorang dalam mengikuti Yesus.

Sedangkan tali simpul dengan cara mengikat di lingkaran pinggang jubah sebagai simbol bahwa seorang bruder MTB sudah terikat dengan Kristus dan kerajaan-Nya.

Melengkapi pakaian ini, para Novis diberi sebuah buku Anggaran Dasar dan Konstitusi sebagai penjabaran nilai-nilai Fransiskan dalam penghayatan hidup dan nilai injili yang dihayati dalam realitas kehidupan bersama.

Akhirnya, semoga identitas diri dibalik jubah yang digunakan oleh para bruder MTB, terpancar juga sinergi kegembiraan dalam hidup bersama. Untuk bisa  berjuang bersama-sama mengabdi kepada sesama yang miskin dan terlantar.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version