TAHUN Baru Imlek 2574 Kongzili jatuh pada hari Minggu, 22 Januari 2023. Rangkaian perayaannya berlangsung selama dua pekan. Berakhir pada hari kelima belas yang disebut dengan Cap Go Meh. Hari itu menjadi puncak acara.
Masyarakat di hampir seluruh kota di Kalimantan Barat, terutama di kota–kota, merayakan Tahun Baru Imlek. Umat Katolik Tionghoa mengawali rangkaian perayaan Tahun Baru Imlek dengan melaksanakan Perayaan Ekaristi. Seperti dilakukan di gereja–gereja paroki yang ada di Pontianak. Misalnya di Paroki St. Yosep Katedral Keuskupan Agung Pontianak dan Paroki Stella Maris Siantan.
Sekitar gereja dihias dengan berbagai lampion dan bunga mei hwa. Serba merah. Perayaan Misa Syukur Tahun Baru Imlek 2574 tersebut dilaksanakan hari Minggu, 22 Januari 2023, pada jam yang berbeda di setiap paroki; sesuai dengan yang ditentukan oleh masing-masing pastor paroki.
Semarak dan meriah
Perayaan Tahun Baru Imlek dan Cap Go Meh tahun ini terasa semarak dan meriah. Hal ini sebagai dampak dari dicabutya PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) pasca berakhirnya pandemi Covid-19. Keputusan tersebut tertuang dalam Instruksi Mendagri Nomor 50 dan 51 Tahun 2022.
Kebijakan pemerintah ini berlaku mulai 30 Desember 2022, bersamaan dengan konferensi pers Presiden di Istana Negara, Jakarta. Dengan demikian tidak ada lagi pembatasan kerumunan dan pergerakan masyarakat.
Namun demikian presiden mengingatkan agar masyarakat tetap sadar, waspada dan hati-hati dalam menghadapi Covid-19. Diimbau masih tetap mengenakan masker di tempat-tempat ramai atau di ruang tertutup. Masyarakat juga diingatkan meningkatkan imunitas dengan melakukan vaksinasi terutama vaksinasi booster atau penguat.
Perayaan Tahun Baru Imlek di Singkawang dan Pontianak sudah terasa beberapa hari sebelum tanggal 22 Januari, hari dengan tanggal 1 bulan pertama Imlek. Beberapa ruas jalan, dihiasi dengan aksesoris khas budaya Cina, atau persiapan panggung untuk festival Cap Go Meh.
Pada malam hari, selama dua pekan sejak malam Tahun Baru Imlek sampai hari Cap Go Meh, secara sporadis terdengar bunyi petasan atau nyala kembang api.
Persaudaraan, keharmonisan dan keberagaman
Sekolah–sekolah di lingkungan Yayasan Pendidikan Sekolah Bruder mengisi momentum perayaan tahun baru Imlek dengan pentas seni dan budaya. Kegiatan tersebut dilakukan hampir di setiap unit; baik PAUD/TK, SD, SMP maupun SMA yang ada di Pontianak, Singkawang maupun di Putussibau – semuanya di Provinsi Kalbar.
SMP Bruder Pontianak mengusung tema “Merajut Persaudaraan dalam Bingkai Keberagaman Budaya”. Kepala SMP Bruder Pontianak Br. Edesius Markus Donat MTB menjelaskan, Imlek merupakan kegiatan budaya Cina. Murid juga dipacu untuk mengaktualisasikan dirinya dalam kegiatan pentas seni tampilkan budaya Cina, tari Dayak dan Melayu.
Tionghoa, Dayak dan Melayu merupakan etnik dominan di Kalimantan Barat. Kegiatan ini, merupakan salah satu usaha agar para siswa, mampu menghargai dan menghormati perbedaan. “Perbedaan sebagai salah satu dasar terwujudnya persaudaraan,” demikian Br. Edes, panggilan bruder itu di lingkungan sekolah.
Kepala SD Bruder Dahlia Pontianak Br. Patrisius Marten MTB menekankan pentingnya persaudaraan dan keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat. Untuk itu perlu diperkenalkan serta dipupuk dan dipelihara sejak dini. Mulai dari pendidikan awal: Taman Kanak-kanak/PAUD, dan Sekolah Dasar/SD.
100 tahun SD Bruder Dahlia
SD Bruder Dahlia Pontianak adalah salah satu Sekolah Dasar yang dikelola YPSB (Yayasan Pendidikan Sekolah Bruder) di Pontianak. Mayoritas muridnya adalah Tionghoa. Tahun 2024 mendatang, SD ini akan memasuki usia 100 tahun.
Br. Marten MTB menjelaskan tema kegiatan ini adalah “Menjaga Persaudaraan dan Keharmonisan dalam Keberagaman Budaya Bangsa”.
Dalam perayaan bersama ini, orangtua turut berperan. Dijelaskan juga bahwa sejak dini para siswa mesti diberi pemahaman dan penguatan dalam hal persaudaraan, toleransi serta solidaritas.
Perhelatan bersama ini mendorong terjadinya praktik interaksi antara siswa, guru, orangtua, serta berbagai pihak yang peduli pada pendidikan. Interaksi yang melibatkan personal dari suku, agama dan ras yang saling berbeda dapat menciptakan keharmonisan, saling menghargai dan menghormati antar sesama.
Selain sebagai wadah pembelajaran bagi para siswa, dalam kegiatan ini para siswa juga unjuk kebolehannya dengan menampilkan kompetisi kostum khas Tionghoa, baca puisi berbahasa Mandarin, dan tari-tarian.
Tarian Tidayu
Tidayu merupakan singkatan dari Tionghoa, Dayak, dan Melayu. Di samping kelompok etnis lain seperti Batak, Jawa, Flores dan lainnya, warga Tionghoa, Dayak dan Melayu merupakan etnisdominan di Kalimantan Barat. Keberagaman budaya, suku, agama berpotensi menimbulkan perpecahan atau konflik. Keberagaman juga berpotensi terwujudnya toleransi.
Tari Tidayu merupakan sebuah cara berkesenian untuk membangun toleransi dalam masyarakat yang beragam. Tari Tidayu disebut juga sebagai ‘tarian persatuan suku-suku di Kota Singkawang”.
Salah satu kesenian yang ditampilkan para siswa SMP Bruder Singkawang di acara Tahun Baru Imlek adalah tarian Tidayu dan barongsai
Tentang tarian Tidayu, Margareta Maria Irih Repoati SPd, guru SMP Bruder Singkawang, menjelaskan berikut ini. Penarinya minimal tiga orang untuk panggung biasa. Ada juga yang ditampilkan secara kolosal, dengan penari yang banyak. Memakai kostum dari tiga suku/etnik.
Para penari menarikan tarian dari tiga suku. Musiknya berselang-seling, sesuai dengan jenis tari yang dominan.
Misalnya, saat menarikan tari suku Dayak, iringannya musik etnik Dayak, penari dengan kostum suku Dayak tampil di depan, penari yang lain sebagai latar belakang, bergantian sedemikian rupa sampai tari etnik-etnik berikutnya mendapat kesempatan.
Kepala SMP Bruder Singkawang, Br. Theofanus MTB M.Pd menjelaskan perihal kegiatan menyambut Tahun Baru Imlek dan Cap Go Meh 2574 di sekolah sebagai berikut.
“Perayaan Tahun Baru Imlek dan Cap Go Meh dilaksanakan setiap tahun. Kegiatan tahunan ini sebagai gelar aksi budaya dari berbagai etnik untuk mempererat kerukunan. Di SMP Bruder Singkawang ini ada Gelora Harmoni, sebuah aktivitas siswa dengan tujuan membangkitkan dalam diri siswa, semangat yang menggelorakan kegembiraan. Kegiatannya adalah, latihan tari menari tradisional Dayak, Tionghoa, Melayu, dan Tidayu.”
Selain Program Gelora Harmoni, ada ekstrakurikuler dengan kegiatan antara lain drumband.
Dalam Festival Imlek dan Cap Go Meh 2574 di Singkawang, SMP Bruder Singkawang turut berperan.
Pada pawai lampion Jum’at 3 Pebruari dan pawai tatung hari Minggu 5 Pebruari 2023; drumband SMP Bruder berperan sebagai pembuka barisan perarakan.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah menetapkan Festival Cap Go Meh (CGM) dan Tatung Singkawang sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia 2020.
Duta budaya
Selain budayanya sendiri, mutlak perlu siswa mengenal yang lainnya. Terutama karena bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku, bahasa, budaya, adat, kebiasaan, agama dan kepercayaan.
Dengan menguasai literasi budaya, kebhinnekaan dan pengetahuan tentang kewargaan, rasa tanggung jawab siswa kepada bangsa dapat dipupuk dan dikembangkan. Masih dalam rangka festival Imlek dan Cap Go Meh 2574, Komunitas Tionghoa Kalimantan Barat yang bergerak dalam bidang budaya mengadakan pemilihan gege dan meme.
Tentang gege dan meme ini, Lenny S.Pd, MA, Wakasek SMA St. Paulus Pontianak dan pendamping siswa dalam pemilihan gege dan meme, menuturkan pesertanya dari pelajar dan mahasiswa dengan umur 16 tahun sampai dengan 25 tahun
- Gege (baca keke) dan meme adalah bujang dan dara dalam bahasa Mandarin. Dari SMA St. Paulus Pontianak terpilih tiga siswa sebagai juara. Mereka adalah:
- Andy William, kelas 11 IPSA Juara 1 Gege Kalimantan Barat
- Christian Mario, kelas 10D, runner-up 3 Gege Kalimantan Barat 2023;
- Brevely Untan, kelas 11 IPSB, juara favorit media, favorit 1 dan harapan 2 Gege Kalimantan Barat 2023.
Saat ngobrol dengan mereka yang lolos seleksi bersama Kepala Sekolah SMA St. Paulus Pontianak Br. Hieronimus MTB, mereka menuturkan hal-hal seputar pemilihan gege dan meme Kalimantan Barat. Bahwa seleksi pemilihan gege dan meme sudah dimulai pada bulan Agustus 2022, melalui daring.
Materi seleksi antara lain pengetahuan tentang bahasa Mandarin, bahasa Inggris, budaya Tionghoa, pergaulan remaja dan pengetahuan budaya Kalimantan Barat pada umumnya. Diungkapkan pula bahwa mereka merasa bangga atas prestasi yang telah diperolehnya. Mereka juga mengucapkan banyak terima kasih atas dukungan penuh dari pihak sekolah.
Br. Hiero, demikian para siswa menyebut Kepala SMA St. Paulus Pontianak, menuturkan:
“Sekolah mendukung sepenuhnya kegiatan-kegiatan siswa, terutama hal positif bagi pengembangan pribadi dan karakter siswa. Dengan catatan mereka tetap aktif belajar,” tambahnya.
Tugas para juara selanjutnya adalah menjadi ‘duta budaya’ yang akan memperkenalkan budaya Tionghoa dan budaya–budaya yang ada di Kalimantan Barat pada umumnya, baik di dalam maupun di luar Kalimantan Barat.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di sekolah seperti disebutkan di atas nampak sebagai hal biasa. Namun bagi siswa merupakan sebuah pengalaman nyata tentang perbedaan.
Para siswa siap hidup dalam perbedaan. Siap memiliki dan mengakui bahwa perbedaan adalah bagian tak terpisahkan dalam kehidupan. Perbedaan adalah anugerah.
Diharapkan di kemudian hari tercipta persaudaraan antar setiap ciptaan. Hidup damai dan bahagia dalam perbedaan.