Yes 7: 10-14 dan Luk 1: 26-38
Raja Ahas adalah raja yang tidak pantas di hadapan Allah. Dia bahkan menolak tanda dari Allah. Tapi atas belas kasih-Nya, Allah mau memberikan juga tanda. Tanda itu adalah tanda keselamatan: “Seorang perempuan muda akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki dan akan dinamai Immanuel.”
Janji Yahwe ini terpenuhi, ketika Santa Perawan Maria menerima kabar gembira dari malaikat Tuhan. Dalam keraguan dan ketidakmengertian akan penyelenggaraan Tuhan, Santa Perawan
Maria menerima dengan pasrah tawaran Allah ini: “Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu.”
Nama yang dipakai untuk anak yang akan lahir berbeda, tetapi memiliki makna yang sama. Dalam nubuat kepada Ahas, anak itu diberi nana Immanuel, yang berarti Allah berserta kita.
Sedangkan kepada Santa Perawan Maria, anak itu diberi nama Yesus, dari kata Yehoshua, yang berarti Yahwe menyelamatkan.
Dalam diri Yesus yang lahir dari Maria, dua nama ini menjadi satu, Yahwe yang bersolider dengan manusia, hadir dan menyertai manusia dan mengambil tindakan untuk menyelamatkan manusia.
Kita belajar dari Bunda Maria terkait sikap kita dan tanggapan kita terhadap maksud dan rencana Allah dalam hidup kita.
Kata-kata Bunda Maria: “Terjadilah padaku menurut perkataanmu”, hanya dapat diselamai makna dan bobotnya, jika kita melihat seluruh hidup Maria, mulai dikandung tanpa noda, keterlibatannya dalam hidup dan karya Yesus Putera-Nya, sampai diangkat ke surga dengan jiwa dan raga. Hanya dalam keterbukaan hati dan kepasrahan total kepada Allah Bunda Maria sanggup menerima tugas berat ini.
Demikian juga kita. Sebesar apa pun tanggung jawab dan beban tugas kita, jika kita berpasrah total kepada Tuhan, kita sanggup menerima dan menjalaninya.
Kata-kata Bunda Maria, bisa menjadi ungkapan iman kita: “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu.”
Semoga.
Fiat Voluntas Tua bukan kata-kata Maria tetapi ungkapan permohonan dalam doa Bapa Kami
Kata-kata Maria adalah Fiat mihi secundum verbum tuum.