Pengantar Redaksi
Film Francesco menuai kontroversi. Soal Paus yang dalam film buatan sutradara asal Rusia disebut-sebut memberi kesan mendukung praktik LGBT. Padahal konten omongan Paus dan konteksnya berbeda.
Tulisan ini diambil dari artikel yang ada di America Magazine, majalah yang dikelola oleh para Jesuit di USA. Kami menerjemahkan untuk pembaca.
———————
BAIKLAH membaca investigasi dan keterangan Majalah Amerika (SJ) tentang manipulasi film Afineevsky tentang Paus Fransiskus dan undang-undang persatuan sipil bagi orang berorientasi homoseksual.
Saya menerjemahkan bagian intinya:
Setelah pemutaran filmnya, sutradara Rusia Afineevsky ditanya oleh wartawan tentang latar belakang pernyataan Paus.
Dia mengatakan kepada wartawan bahwa pernyataan itu adalah hasil wawancaranya dengan Paus di depan kamera.
Mingguan Amerika telah mendapat informasi, bahwa pada kenyataannya, Afineevsky tidak pernah berhasil mendapatkan wawancara di depan kamera dengan Paus Fransiskus yang dia inginkan.
Sebaliknya, ia hanya telah diberi akses untuk mengulik arsip-arsip dokumentasi televisi Vatikan. Di sana, ia menemukan rekaman wawancara televisi panjang dengan Paus Fransiskus.
Arsip dokumentasi wawancara yang dia temukan itu belum diedit dan dibuat oleh Valentina Alazraki, seorang reporter untuk Televisi Meksiko; terjadi pada bulan Mei 2019.
Seperti biasa, unit timtelevisi Vatikan memfilmkan wawancara itu dan -sesuai dengan perjanjian pra-wawancara- para pejabat Vatikan kemudian mengeditnya. Dan beberapa hari kemudian, lalu memberikan versi yang telah diedit ke televisi yang menyiarkannya.
Mingguan Amerika telah mendapat informasi bahwa pada kesempatan ini -seperti pada kesempatan serupa lainnya- dan sebagai masalah prinsip umum, Vatikan tidak mengedit. Atau menghapus bagian apa pun dari apa yang dikatakan Paus dalam wawancara tanpa persetujuan Paus lebih ldulu.
Belum diedit
Afineevsky rupanya telah menggunakan versi wawancara yang belum diedit, mengambil sebagian kutipan dari jawaban Paus untuk dua pertanyaan berbeda.
Dia mengumpulkan kembali kutipan parsial ini ke dalam pernyataan ini: “Orang homoseksual memiliki hak untuk berada dalam sebuah keluarga. Mereka adalah anak-anak Allah dan memiliki hak atas keluarga. Tidak ada yang harus dibuang atau dibuat sengsara karenanya. Yang harus kita miliki adalah undang-undang persatuan sipil — dengan begitu mereka dilindungi undang-undang. Saya mendukung itu.”
Tetapi seperti yang ditunjukkan teks asli yang belum diedit, tiga kalimat pendek pertama dari pernyataan itu dalam film itu hanyalah sebagian kecil dari tanggapan panjang Paus Fransiskus terhadap satu pertanyaan tentang integrasi ke dalam gereja untuk orang yang hidup dalam “situasi-situasi tidak teratur” (irregular situations).
Paus ingat bahwa dia pernah ditanya dalam konferensi pers di pesawat “tentang integrasi ke dalam keluarga orang-orang dengan orientasi homoseksual, dan saya berkata, orang-orang homoseksual memiliki hak untuk tetap dalam keluarga, orang-orang dengan orientasi homoseksual memiliki hak untuk tetap dalam keluarga dan orang tua berhak mengakui anak laki-laki ini sebagai seorang homoseksual, dan anak perempuan ini sebagai homoseksual. Tidak ada yang harus dibuang dari keluarga, dan kehidupan siapa pun tak harus dibuat sengsara karena ini.”
Kalimat terakhir dari pernyataan dalam dokumenter tersebut adalah bagian akhir dari tanggapan aslinya terhadap pertanyaan yang sama sekali berbeda yang hanya dapat ditemukan dalam versi wawancara televisi yang belum diedit.
Nona Alazraki telah mengingat pertarungan paus melawan pernikahan sesama jenis, ketika beliau masih menjadi Uskup Keuskupan Agung Buenos Aires dan bertanya apakah posisinya sebagai Paus yang tampaknya lebih liberal adalah karena Roh Kudus.
Jawaban lengkapnya dalam bahasa Spanyol adalah:
“Kasih karunia Roh Kudus pasti ada. Saya selalu membela doktrin. Dan anehnya dalam undang-undang tentang pernikahan homoseksual…. Adalah suatu ketidakcocokan untuk berbicara tentang pernikahan homoseksual. Tapi yang harus kita miliki adalah undang-undang persatuan sipil (ley de convivencia civil), jadi mereka memiliki hak untuk dilindungi secara hukum.” (Selesai)
PS: Sumber tulisan ini diambil dari naskah artikel https://www.americamagazine.org/faith/2020/10/24/pope-francis-vatican-communications-civil-union.