Dikisahkan Hansel yang cerdik meninggalkan batu-batu kerikil putih di sepanjang jalan menuju hutan sehingga ketika malam tiba mereka bisa kembali ke rumah dengan bantuan sinar bulan yang menerangi batu-batu putih tersebut. Ketika kembali ibu tiri memaksa ayah mereka membuang mereka ke hutan yang lebih dalam lagi, Hansel tidak sempat memungut kerikil karena rumah dikunci, sehingga dia mengandalkan serpihan-serpihan roti tawar bekal makan sebagai petunjuk jalan.
Tentu saja, remah-remah roti itu telah hilang dilahap burung-burung liar sehingga kedua anak itu tidak bisa menemukan jalan kembali ke rumah dan malah sampai ke sebuah rumah mungil yang manis secara harafiah karena keseluruhnya luarnya terbuat dari kue-kue dan permen enak. Rumah itu sebenarnya jebakan seorang tukang sihir yang suka memangsa anak kecil.
Singkat cerita, mereka berdua malah mengalahkan nenek sihir tersebut dan menemukan harta karun lalu kembali berkumpul dengan ayahnya sedangkan ibu tirinya telah mati akibat penyakit yang tidak diketahui.
Pemburu sihir jahat
Film Hansel & Gretel: Witch Hunters bisa dibilang sekuel dari dongeng anak-anak tersebut. Film ini berkisah apa yang terjadi setelah episode keduanya mengalahkan si nenek sihir jahat kanibal tersebut. Dengan perubahan plot pada akhir dongeng tersebut – Hansel dan Gretel tidak pernah kembali ke orang tua mereka, mereka malah menjelma menjadi pemburu tukang sihir yang tangguh dan mumpuni. Aksi heroik mereka dalam menumpas tukang sihir jahat terpampang di surat-surat kabar. Tidak diceritakan bagaimana kedua anak kecil itu bisa mendadak menjadi pemburu tukang sihir tangguh, cerita yang difilmkan adalah ketika keduanya sudah dewasa.
Hansel dan Gretel disewa oleh seorang walikota untuk memecahkan teka-teki hilangnya 11 anak di suatu kota kecil. Mereka tiba tepat saatnya untuk menyelamatkan seorang gadis cantik yang dituduh sebagai tukang sihir dan akan dihukum bakar. Rupanya ada cara mengenali tukang sihir – dari mata, kulit, dan terutama giginya yang membusuk.
Film ini menampilkan spesial efek yang menarik, meramu cerita baheula dengan tampilan modern seperti peralatan berburu yang berupa senapan tembak otomatis. Lebih bagus lagi kalau ditonton versi 3D karena efeknya sangat terasa, misalnya berbagai senjata seakan berseliweran menuju ke arah penonton.
Film ini dimaksudkan sebagai film horor dan aksi untuk orang dewasa, maka jangan heran penuh pertumpahan darah dan aksi brutal. Gambaran pembunuhan dengan menebas kepala, kepala remuk yang diinjak raksasa Troll, darah yang muncrat termasuk menghiasi film berdurasi 88 menit ini.
Maka jangan sekali-kali mengira ini merupakan film yang akan mengedukasi anak-anak, jelas film ini dikategorikan ‘D’ alias untuk konsumsi orang dewasa.
Syalom..Salam sejahtera bagi kita semua,,kalau boleh saya menitipkan saran, ada baiknya kalau film-film yang di resensi di sesawi.net adalah film-film bernuansa religius/rohani. smoga saran-saran saya bisa diterima oleh admin/pengelola situs ini. terimakasih
Terima kasih Mas atensinya. Menjadi susah sekali bagi Redaksi untuk mencari film-film rohani karena ketersediaannya sangat2 terbatas. Kami suka nonton film dan setiap film yang kami tonton, kami buatkan resensi atas kesan dan penilaian subjektif kami sebagai penonton film.
Mas, kalau ada film yang pernah ditonton, kami terbuka juga untuk menerima review Mas atas film itu.
mhariyadi@sesawi.net