TAMPILNYA Kim Dae-jung (1924-2009) menjadi penghuni Istana Presiden “The Blue House” sebagai Presiden ke-8 Republik Korea Selatan rupanya malah mencemaskan banyak pihak. Dan siapa mengira bahwa yang paling khawatir dengan munculnya sosok pejuang demokrasi ini adalah lembaga intelijen negara Korsel sendiri.
Menyusup ke jantung lawan di Pyongyang
Betapa tidak. Isu memelihara ketegangan militer dengan rezim Pyong Pyang, ‘musuhnya’ sesama bangsa Korea dari Utara, menjadikan lembaga intelijen negara ini lantas punya “gigi” di hadapan rakyat Korsel.
Isu yang paling menarik minat untuk dihembuskan oleh Seoul tentu saja menjawab pertanyaan berikut ini. Benarkah Pyongyang sudah memiliki bom nuklir sebagaimana sering “dikampanyekan” pemimpin Korut?
Untuk menjawab hal itu, lembaga intelijen negara menugaskan perwira militernya yang bernama Park Seok-yung (Hwang Jung-min) menyusup masuk ke Pyongyang. Agar langkahnya mengintai Korut dari “dalam” berjalan sukses, ia mesti mundur dari dinas militer dan kemudian “menyulap dirinya” menjadi seorang pengusaha kakap.
Ia memilih Beijing sebagai markas bisnisnya agar bisa mendekati Ri Myung-woon (Lee Sung-min), perwira intelijen Korut. Langkahnya berhasil setelah Pyongyang bisa diyakinkan akan menangguk untung besar lewat bisnis periklanan.
Tentu saja, hal itu menjadi mungkin setelah Pemimpin Korut Kim Jong-il (ayah kandung Kim Joung-un) memberi lampu hijau.
“Si vis pacem, para bellum”
Keberhasilan Seoul “menyelundupkan” Black Venus –nama sandi perwira intel Korsel itu—ke Pyongyang menjadi “berita besar” bagi lembaga intelijen negara. Namun, hal itu tak pernah disingkapkan ke publik terkait saking rahasianya ‘misi terselubung’ ini.
Barulah ketika Kim Dae-jung resmi menduduki The Blue House sebagai Presiden Korsel, kasus itu menjadi ‘bulan-bulanan’ lantaran Park tidak sudi menjadikan hidupnya dan keluarganya “dikorbankan” untuk sebuah permainan politik tingkat tinggi: si vis pacem, para bellum (Jika ingin perdamaian, maka bersiaplah untuk perang).
Kim Dae-jung yang beraliran humanis ingin membuka dialog dengan Korut –hal yang tak pernah terjad pada rezim militer Korsel tahun-tahun sebelumnya.
Tampilnya Kim Dae-jung, sang peraih Nobel Perdamaian tahun 2000 ini, menjadi peringatan bagi lembaga intelijen negara. Kim berniat membubarkan lembaga telik sandi negara ini dengan memformatnya ulang untuk misi berbeda.
Film drama intelijen anyar dengan titel The Spy Gone North (Agustus, 2018) ini membetot emosi dan memanjakan pikiran orang yang menyukai film-film politik-militer “bau” citarasa operasi intelijen.
Yang menjadikan film The Spy Gone North ini semakin menarik, justru karena “bahan dasar” kisah ini diambil dari sejarah nyata. Itu adalah kisah Park Chae-seo, perwira intel Korsel yang berhasil menyusup ke Pyongyang untuk memata-matai fasilitas nuklir Korut di tahun 1990-an.