BAPERAN – BAcaan PERmenungan hariAN.
Rabu, 8 September 2021.
Tema: Kegembiraan kelahiran.
- Mi. 5: 1-4a.
- Rm. 8: 28-30.
- Mat. 1: 18-23.
TANGISAN membahagiakan. Itulah satu-satunya tangis yang melegakan. Kualitas suci airmata di awal kehidupan. Derita ibu berakhir. Kegembiraan merebak.
Awal sebuah kehidupan dipersembahkan. Dalam kelembutan kasih sang buah hati dipeluk. Terasa hangat, nyaman dan aman dalam pelukan ibunya.
Sebuah penerimaan tulus dari hati bersyukur pada Sang Hyang Ilahi.
Martabat baru
“Maria Permata Sari, aku membaptis engkau demi nama Bapa dan Putera, dan Roh Kudus.”
Seluruh umat menjawab “Amin”. Artinya, setuju dan percaya.
Kita percaya, setiap orang yang dibaptis itu diubah, diangkat dan diberi martabat baru menjadi putera-puteri Bapa Surgawi. Dianugerahi rahmat keputeraan ilahi.
Pengudusan hidup
“Mengapa kalian sengaja memberi nama Maria Permata Sari?” tanyaku kepada kedua orangtua baptisan bayi ini.
“Bapak Pastor, kita orang Katolik. Di daerah kami Maria adalah tokoh terfavorit. Tidak hanya karena dia adalah Bunda Yesus. Juga orang pertama yang berani percaya pada rencana Allah. Orang pertama yang setia menemani, menyertai Tuhan Yesus sampai disalib,” jawab sang ibu.
“Kami ingin anak kami berani percaya, hidup sesuai rencana Allah, walaupun mungkin nasibnya tidak sebaik yang diinginkan. Kami harap, anak kami ini nantinya berani berserah, tidak gampang menggerutu, mungkin hidup susah, doanya tidak dikabulkan. Biar dia tekun dan setia pada iman,” tambahnya.
“Kami juga ingin nanti suaminya seperti Bapak Yusup, bapak pekerja keras dan cinta keluarga. Walaupun sederhana, keluarga mereka, keluarga taat iman,” sambung sang ayah.
“Wow beriman sekali. Bagaimana engkau begitu yakin dan berharap anakmu begitu?”
“Bapak Pastor, kita orang-orang Katolik. Kita percaya Tuhan, penyelamat. Hidup singkat Bapak Pastor. Kadang tidak bisa menghasilkan banyak. Kalau banyak tidak bisa dinikmati semua. Singkat bapak. Tidak tahu kapan mati. Kami diajari di kampung harus siap mati dalam Tuhan; tidak berhutang, tidak bermusuhan,” jawabnya mantap.
“Kalian ini kan datang dari kawasan Indonesia Timur. Bagaimana sampai punya ide memberi nama Permata Sari?”
“Nah itu sih lain cerita Bapak Pastor. Kami merantau ke Jawa. Sesampai di Jakarta, beberapa bulan kami sempat nganggur. Kami nyewa satu rumah petak. Kami rajin ke gereja. Ada umat yang melihat kami, kami dikasih pekerjaan dan tinggal di rumahnya. Saya bekerja bagian luar rumah, apa saja, bebersih. Isteri, bagian dalam. Eh, kami makan gratis. Kebutuhan sabun dan lain-lain diberi,” kata mereka berkisah.
“Gaji kami ditahan. Tidak boleh diambil. Bapak majikan membukakan tabungan. Gaji kami langsung dia masukkan ke tabungan.
Dia bilang, ‘Kamu orang harus sukses. Kamu orang harus hidup sederhana. Kamu harus punya sesuatu untuk anak-anakmu. Anakmu kami sekolahkan di sekitar sini,” jelasnya.
“Kami senang sekali Bapak Pastor. Dia beri nama anak kami. Karena kami dihargai, kami terima. Katanya, Permata itu sesuatu yang berharga; buat orang tersenyum; bangga karena nilainya besar,” tambahnya.
“Lalu, ide dari mana dapatkan nama Sari?”
“Ini Bapak pastor, kami juga bingung. Ketika isteri hamil, dia suka minum teh sariwangi. Keluarga majikan suka teh ini. Kami ambil nama Sari. Besok, anak kami semoga disukai banyak orang banyak, karena baik.
Itu saja Bapak pastor. Kami satukan semua yang kami alami dan harapkan sebagai nama anak kami. Maria Puspita Sari,” jelasnya.
“Pandai sekali kau ini he…,” kataku memuji mereka cerdik.
“Tidak Bapak Pastor,” jawab mereka sembari tersenyum.
“Doakan kami Bapak Pastor. Datanglah ke rumah kami. Kita makan bersama. Tapi foto dulu Bapak Pastor buat kenangan. Kami minta Bapak Pastor mau gendong anak kami supaya dua terberkati,” pinta mereka.
“Jangan sampai kencing ya,” kataku bergurau.
“Tidak Bapak Pastor. Sebentar saja. Cheeese…. cepret. Sudah Bapak Pastor,” kata mereka bersukacita.
Hari ini, kita merayakan pesta kelahiran Santa Perawan Maria. Tangis bahagia orangtua di awal lahirnya menjadi tangis suci di bawah salib Tuhan.
Airmata kudus, Bunda Sang Penebus selalu ada untuk kita agar kembali kepada pada Puteranya, Yesus, Tuhan.
Santo Paulus berkata, “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” ay 28.
Bunda Maria, pandanglah kami dengan belas kasihmu. Wajahmu yang manis, bentuk tanganmu yang berdoa menunjukkan kelembutan kasih Bapa. Doakan kami Bunda. Amin.