DALAM perjalanan ke Yerusalem untuk menyempurnakan misinya, Yesus tiba di dekat Samaria (Luk 9: 52). Karena penduduk di situ tak memberi izin rombongan-Nya lewat, dua murid-Nya marah.
Yakobus dan Yohanes minta izin untuk menurunkan api dari langit supaya daerah itu dibinasakan (Luk 9: 54). Tetapi, Yesus memarahi mereka; lalu mengambil jalan lain (Luk 9: 56). Ia fokus pada tujuan.
Setelah itu, ada tiga orang yang menyatakan niatnya mengikuti Dia. Kepada mereka Yesus menegaskan sikap-Nya, fokus pada tujuan.
Pertama, Dia tidak punya apa-apa. Yang dimiliki hanyalah diri-Nya sendiri (Luk 9: 58). Itulah yang dipersembahkan.
Kedua, Dia tidak lekat pada apa pun (Luk 9: 60). Ia fokus pada upaya menyempurnakan misinya. Wafat dan bangkit di Yerusalem.
Ketiga, Ia memutuskan untuk segera melaksanakan misi-Nya (Luk 9: 62). Tidak kenal kata menunda atau setelah menyelesaikan ini itu. Ia fokus pada misinya.
Apakah aku sudah menjadi murid yang sungguh berkomitmen total? Ataukah aku masih menempel pada hal-hal yang mengganggu perjalananku melangkah bersama Yesus? Apakah aku mencari alasan untuk menunda dan berlambat mengikuti Dia?
Hanya mereka yang fokus dan berkomitmen pada misinya serta segera mengambil langkah konkret akan mencapai misinya. Lihatlah bapa kita yang hanya kerja buat rakyat; tak peduli “thethek bengek” yang mengganggunya.
Fokus pada misinya.
Minggu, 26 Juni 2022
