HARI Jumat, 26 Januari 2018 pukul 08 pagi, auditorium di lantai 15 Gedung Yustinus, Kampus Semanggi Unika Atma Jaya dipenuhi para bankir ternama. Jajaran pimpinan BCA hampir semua muncul, selain beberapa pemimpin mpinan bank papan atas publik maupun swasta lainnya.
Presiden Direktur BCA yang terkenal berhasil membawa BCA melewati masa Krisis Moneter tahun 1978 Djohan Emir Setijoso (1999-2011) tampak hadir, juga Presiden Direktur BCA sekarang Jahja Setiaatmadja.
Mereka semua datang untuk acara launching buku biografi Aswin Wirjadi yang berjudul Game Changing Transformasi BCA 1990-2007. Buku terbitan Gramedia Pustaka Utama ini memberi gambaran BCA saat masuk ke jurang krisis yang kemudian bangkit kembali menjadi raksasa perbankan. Buku baru ini disusun berdasarkan penuturan Aswin Wirjadi, Deputy President Director BCA 2002-2007, yang penulisannya dibantu oleh Kristin Samah.
Mengapa diluncurkan di Kampus Atma Jaya? Ini tentu berkaitan dengan jabatan Aswin Wirjadi sebagai Ketua Pengurus Yayasan Atma Jaya, yang barusan diangkat kembali untuk masa jabatan periode kedua. Aswin Wirjadi juga merupakan alumnus Fakultas Teknik Unika Atma Jaya angkatan 1976.
Buku tentang proses
“Tidak mudah mengambil keputusan untuk menulis sebuah kisah perjalanan hidup. Salah satu alasan yang semakin memperkuat keinginan menulis buku ini adalah pertemuan saya dengan dua orang mantan eksekutif bank besar di Indonesia. Salah satunya mengaku kepada saya bahwa ia mengkopi apa yang dilakukan BCA. Satunya lagi mengatakan bahwa BCA tak pernah salah. Pernyataan dua pelaku perbankan itu menguatkan saya untuk sharing agar masyarakat luas bisa lebih menghayati proses sulit yang dilakukan BCA selama ini,” ujar Aswin Wirjadi ketika ditanya apa motivasinya menulis buku Game Changing.
Selain merayakan penerbitan buku, acara ini turut merayakan ulang tahun Bapak Aswin Wirjadi ke-70 dan perayaan atas boleh menjabat kembali sebagai Ketua Yayasan Atma Jaya.
“Buku ini tidak bercerita tentang keunggulan saya, tetapi proses dan latar belakang apa yang kami lakukan di BCA. Bukan untuk ditiru, tetapi paling tidak bisa dipahami dan menjadi inspirasi bahwa kesuksesan terjadi bukan disebabkan oleh faktor tunggal; melainkan dipengaruhi oleh banyak hal. Ini sebuah proses,” tutur Aswin.
Diskusi panel
Dalam acara peluncuran buku ini, juga diselenggarakan diskusi panel yang membahas mengenai transformasi organisasi.
Diskusi panel ini berlangsung bersama para panelis yakni President Director PT Bank Central Asia, Tbk., Jahja Setiaatmadja, CEO Rabobank International Indonesia, Jos Luhukay, Managing Director Tjitra & Associates, Prof. Hora Tjitra, dan juga Independent Commissioner Holcim Indonesia, Kemal A. Stamboel.
Diskusi berjalan bernas, dengan dimoderatori oleh Martin Panggabean, Head of Master Applied Economics UNIKA Atma Jaya.
Di balik kesuksesan BCA di era 1990-2007, peran Aswin Wirjadi tak bisa diabaikan. Buku ini memberikan gambaran bagaimana BCA masuk ke jurang krisis, kemudian bangkit kembali menjadi raksasa perbankan hingga saat ini.
Layak dibaca
Penuturan para panelis yang hadir menarik dan informatif.
Jahja Setiaatmadja bercerita tentang resep keberhasilan BCA yang pada tahun 1992 telah memiliki aset satu trilyun: teamwork yang kuat. Tim yang disebut tim sirkus itu salah satu anggotanya adalah Aswin Wirjadi yang dipercaya untuk menangani bidang IT.
Jahja Setiaatmadja mengomentari bahwa buku tersebut sangat menarik dan layak dibaca oleh anak cucu. Maka, guraunya “Jangan pinjam, tapi dibeli di Toko Buku Gramedia. Karena buku ini bagus untuk diwariskan kepada generasi selanjutnya.”
Jos Luhukay sudah sependapat bahwa buku ini layak dan harus dibaca tidak hanya untuk praktisi teknologi perbankan, tetapi untuk yang mau mempelajari soal kepemimpinan. Jos Luhukay terkesan dengan kerendah-hatian Aswin Wirjadi yang telah dikenalnya sejak lama sebagai sesama bankir.
Kemal A. Stamboel yang juga mengenal puluhan tahun Aswin Wirjadi turut memuji kepiawaian Aswin Wirjadi. Kemal terutama menggarisbawahi bagaimana Aswin Wirjadi secara tajam mengobservasi perjalanan hidupnya.
“Yang saya observasi dari Bapak Aswin ialah keberanian untuk mengambil sebuah posisi menghadapi kekisruhan dan keputusan apa yang harus diambil pada saat itu,” papar Kemal Stamboel yang pernah menjadi konsultan di beberapa perusahaan multinasional di Indonesia.
Hara Tjitro mengemukakan dari aspek akademisi keberhasilan BCA mengkonfirmasi teori-teori manajemen yang popular, yaitu adanya leadership, teamwork, dan horse sense. Hal yang disukai Hara Tjitro dari buku Aswin Wirjadi tersebut adalah brutal honesty – kejujuran memaparkan kegagalan dan refleksi kesulitan yang dialami.
Membangun teamwork
Aswin Wirjadi mengemukakan bahwa kesuksesan bukan masalah kepintaran tetapi membangun teamwork yang baik. Ia mengemukakan pengalaman hidupnya semasa sekolah di asrama membentuknya menjadi pribadi yang bisa mengenali karakter asli seseorang.
Kristin Samah sebagai penulis bercerita tentang kesulitan awal penulisan buku tersebut karena alur yang melompat dan istilah-istilah teknis TI perbankan yang dikemukakan Aswin Wirjadi. “Baru pada pertemuan ketiga saya bisa memahami apa maksud Pak Aswin,” tuturnya tentang proses pengumpulan data yang memakan waktu dua bulan tersebut.
Satu hal yang dikagumi oleh Kristin adalah perhatian besar Aswin Wirjadi terhadap keluarga. Setiap malam keluarga Aswin selalu makan bersama pada pukul 20.00 malam. Kalau ada yang belum pulang maka makan malam akan ditunda sampai semua berkumpul.
Para undangan yang hadir mendapat suvenir buku di akhir acara.