“DOMBA-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapa pun, dan seorang pun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa. Aku dan Bapa adalah satu.” (Yoh 10: 27-3
Santo Yohanes mewartakan tentang Yesus sebagai Gembala sejati. Dia memiliki karakteristik yang inspiratif dan patut diteladani oleh para gembala.
Pertama, Dia memiliki relasi yang akrab dengan domba-domba-Nya. Mereka dapat mengenali-Nya, mendengarkan suara-Nya, dan mengikuti-Nya. Bersama Dia mereka merasa aman.
Kedua, Gembala sejati itu mempertaruhkan hidup-Nya untuk domba-domba-Nya. Menjamin kehidupan mereka. Bukan hanya di dunia ini, melainkan sampai hidup yang kekal. Hanya satu, Gembala seperti itu!
Ketiga, Dia itu Gembala yang sangat kuat dan dapat diandalkan. Tidak ada satu kekuatan pun yang dapat merebut mereka dari tangan-Nya. Mengapa? Karena Dia dan Bapa-Nya (Allah) adalah satu.
Pada hari Minggu Panggilan ini, kita perlu merenungkan makna seorang gembala. Mereka itu bisa gembala jemaat, gembala dalam keluarga, dan gembala dalam masyarakat.
Para gembala Gereja (uskup, imam, dan diakon) perlu meneladan Sang Gembala sejati. Pun para gembala awam dalam paroki.
Para orangtua diharapkan mengenal secara baik anak-anaknya dan mempunyai relasi akrab dengan mereka.
Pemimpin masyarakat diharapkan benar-benar memberikan diri untuk kesejahteraan orang banyak. Melindungi mereka.
Di tengah dunia yang individualistik ini, tidak mudah menemukan gembala yang demikian. Ketika para gembala itu sibuk berkelahi memperebutkan posisi, domba-dombanya tercerai-berai.
Semoga sosok Gembala sejati bisa kita temukan dalam diri para gembala masa kini.
Minggu IV Paskah, 8 Mei 2022