GEREJA tidak hanya mengurus keselamatan jiwa-jiwa (cura animarum), tetapi kesejahteraan dan kebahagiaan manusia seutuhnya (cura hominum).
Maka Gereja perlu aktif terlibat dalam kehidupan politik. Guna mengarahkan politik yang mengabdi pada martabat manusia dan kesejahteraan umum (bonum commune).
Itulah sebabnya pada hari Kamis, 5 November 2020, bertempat di Gereja Roh Kudus Labuan Bajo, Gereja Keuskupan Ruteng, menyelenggarakan misa pengtusan bagi para calon bupati dan wakil bupati Kabupaten Manggarai Barat (Mabar), Flores, NTT.
Ada empat paslon yang akan bertarung dalam pilkada Mabar pada bulan Desember 2020 mendatang yakni paslon:
- Pantas Ferdinandus & Hj. Andi Riski Nur Cahya D.
- Maria Geong & Silverius Sukur.
- Edistasius Endi & Yulianus Weng.
- Adrianus Garu & Anggalinus Gapul.
Pilkada sebagai proses pencerahan
Sambil mengutip poin penting yang digariskan dalam Sinode III Keuskupan Ruteng, Uskup Keuskupan Ruteng Mgr. Siprianus Hormat dalam kotbahnya menyampaikan dua hal penting.
Itu, kata beliau, sangat mengganggu kehidupan demokrasi yaitu menguatnya politik primordial (pilihan politik berbasis kerabat dan suku) dan politik uang.
Kedua hal ini pada gilirannya turut mempengaruhi terjadinya gesekan dan perpecahan dalam kehidupan masyarakat.
Oleh karena itu, beliau berharap agar para paslon baik selama proses persiapan maupun pelaksanaan pemilu harus menjadi teladan dan penggerak praktik demokrasi sejati dan bermartabat:
“Bapak Ibu yang sedang berlaga dalam Pilkada Mabar ini dipanggil untuk mempraktikkan proses demokrasi yang benar, jujur, adil, sportif dan damai. Kalian dipanggil untuk melaksanakan enlightment, pencerahan kepada masyarakat tentang politik sebagai kompetisi sehat-sportif yang menghargai adanya perbedaan,” ujar Uskup Sipri.
Kemudian beliau mengimbau:
“Bapak-Ibu Paslon bertanggungjawab untuk melakukan “konsientisasi”, penyadaran kepada warga bahwa politik adalah sarana untuk melayani bukan untk berkuasa dan menjadi kaya.”
Tanggungjawab politisi Katolik ini mengalir dari jatidirinya sebagai awam Katolik yang secara khas dipanggil untuk “mengurus hal-hal yang fana di dunia ini dan mengaturnya seturut kehendak Allah. Mereka ibarat ragi yang menguduskan dunia dari dalam (LG 31).
Para politisi Katolik-lah yang mengemban tanggungjawab khusus untuk membangun masyarakat secara holistik dalam dimensi sosial, ekonomi, politik, budaya, ekologi dan spiritual serta memperjuangkan harkat dan martabat pribadi manusia terutama yang miskin dan terlantar (GS, 27),” tandas Mgr. Sipri dengan mengutip Konsili Vatikan II.
Deklarasi damai
Setelah Perayaan Ekaristi, uskup, para imam, para paslon dan semua yang hadir diarahkan untuk mengikuti deklarasi pemilu damai di depan Gereja.
Dalam deklarasi ini, para paslon bersama penyelenggara pilkada yakni KPUD dan Bawaslu beserta pemda dan aparat keamanan bertekad untuk memperjuangkan pilkada damai, jujur, adil dan bersaudara.
Hal ini disimbolkan dengan indah dan menyentuh melalui pelepasan burung merpati dan balon ke udara.
Misa pengutusan dan deklarasi damai yang diselenggarakan oleh Komisi Kerawam Keuskupan Ruteng ini merupakan suatu ungkapan dukungan sekaligus berkat pengutusan Gereja bagi para paslon.
“Gereja mengharapkan agar Roh Kudus Allah senantiasa berkarya dalam hati, pikiran dan lidah para kandidat sehingga proses dan pelaksanaan pesta demokrasi sungguh-sungguh menjadi event yang terhormat tidak hanya di hadapan negara tetapi teristimewa menjadi event yang sungguh berkenan dan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah,” demikian Bapak Domi Waso, Ketua Komisi Kerawam.
Misa pengutusan dan deklarasi damai yang serupa sebelumnya telah diselenggarakan oleh Komisi Kerawam untuk pilkada Kabupaten Manggarai di Katedral Ruteng pada tanggal 26 Oktober 2020. Hadir pada saat itu dua paslon Bupati yakni petahana Bapak Kamelus Deno dan Bapak Heri Nabit.
Terobosan Gereja untuk merangkul dan mempertemukan para paslon yang berlaga ini sungguh sangat diapresiasi oleh mereka yang sedang bertarung seru untuk merebut hati rakyat.
Persis itulah yang diharapkan Gereja dari event ini.
Hemat Mgr. Sipri, pilkada dapat menjadi momentum berahmat untuk mewujudkan apa yang dirindukan Paus Fransiskus dalam ensiklik terbarunya Fratelli Tutti (Semua Bersaudara), 3 Oktober 2020.
Yakni “agar dalam dunia semakin terajut tali persaudaraan dan persahabatan sosial. Telah tiba waktunya bermimpi sebagai satu keluarga umat manusia di mana kita adalah saudara dan saudari (FT, 7-8).”