Home BERITA Gereja Pedalaman: Delapan Jam Pakai Perahu Motor Plus Jalan Kaki ke Stasi...

Gereja Pedalaman: Delapan Jam Pakai Perahu Motor Plus Jalan Kaki ke Stasi Kuken, Paroki Waropko-Muyu Utara, Keuskupan Agung Merauke (1)

0
Gereja Hati Kudus Stasi Kuken, Paroki Waropko-Muyu Utara, Keuskupan Agung Merauke, Papua. (Romo Fabianus Pr/Keuskupan Agung Merauke)

INI sekilas wajah Gereja Katolik di pedalaman Papua. Tepatnya di wilayah reksa pastoral Keuskupan Agung Merauke.

Jarak Gereja Sakramen Mahakudus Paroki Waropko-Muyu Utara dengan “pusat kota” Merauke kira-kira ada sejauh hampir 545 km.

“Bisa ditempuh dengan dua moda transportasi. Terbang dengan Susi Air atau naik mobil dengan kondisi jalan yang sekarang sebagiannya sudah mulai bagus.

Kondisi jalan -walau hanya sebagian kecil saja- sudah menjadi lebih bagus sekarang ini berkat hasil kerja pembangunan infrastruktur jalan oleh Pemerintahan Jokowi,” papar Romo Yohanes Vidi Wahyudi Pr, imam diosesan Keuskupan Purwokerto, yang pernah mengampu pastoral selama tiga tahun di Paroki Warokop-Muyu Utara, Keuskupan Agung Merauke, Papua.

“Kalau naik mobil, perjalanan dari Merauke menuju Paroki Warokop-Muyu Utara bisa makan waktu kurang lebih 12 jam,” papar Romo Vidi dari Gereja Santo Stephanus Paroki Cilacap, Keuskupan Purwokerto, Jateng, menjawab Sesawi.Net, hari Minggu siang tanggal 28 November 2021.

Gereja Sakramen Mahakudus Paroki Kuken yang lokasinya hanya bisa ditempuh dengan naik perahu bermotor dan jalan kali – semuanya butuh waktu perjalanan selama delapan jam dari pusat paroki. (Romo Fabi Pr/Keuskupan Agung Merauke)
Gereja Sakramen Mahakudus Stasi Kuken tampak dari depan. (Romo Fabi Pr/Keuskupan Agung Merauke)
Gereja Hati Kudus Stasi Kuken yang hanya bisa ditempuh dari “pusat paroki” Waropko-Muyu Utara dengan naik perahu motor selama empat jam menyusuri Sungai Kao ditambah jalan kaki selama empat jam. (Romo Fabi Pr/Keuskupan Agung Merauke)

Gereja Hati Kudus Stasi Kuken

Di wilayah reksa pastoral Paroki Waropko-Muyu Utara di wilayah pedalaman Keuskupan Agung Merauke ini adalah sebuah stasi bernama Stasi Kuken.

Stasi Kuken ini luar biasa jauhnya dari “pusat kota” Waropko-Muyu Utara. Butuh tenaga fisik luar biasa dan nyali besar untuk mampu berkarya di sini dan menuju lokasi di mana Stasi Kuken ini berada.

“Untuk bisa mencapai lokasi Gereja Stasi Kuken, kami harus naik perahu motor selama kurang lebih empat jam dengan menyusuri aliran Sungai Kao menuju jajaran Pegunungan Bintang,” tutur Romo Fabinus Pr, imam diosesan Keuskupan Agung Merauke, menjawab Sesawi.Net, Minggu malam dari Waropko-Muyu Utara.

Bersiap naik perahu motor dari pusat kota paroki menuju sebuah titik dan kemudian berlanjut dengan jalan kaki. (Romo Fabi Pr/Keuskupan Agung Merauke)
Salib kayu sudah usang di Gereja Sakramen Mahakudus Stasi Kuken di Paroki Waropko-Muyu Utara yang lokasinya sejauh 545 km dari Kota Merauke, Papua. Dari pusat paroki, masih butuh waktu delapan jam perjalanan menuju Gereja Stasi Kuken ini. (Romo Fabi Pr)

Tapi, perjuangan fisik belum selesai.

“Karena masih harus melanjutkan perjalanan berikutnya menuju lokasi tersebut. Dan itu hanya bisa ditempuh dengan jalan kaki saja,” papar Romo Fabi, pastor kelahiran Tanimbar di Maluku Tenggara ini.

Romo Fabi Pr hanya berkarya seorang diri di Gereja Sakramen Mahakudus Paroki Waropko-Muyu Utara ini.

Karena itu, kunjungan pastoral ke Stasi Kuken yang hanya bisa ditempuh dengan perahu motor dan jalan kaji selama delapan jam ini tentu tidak bisa dia kunjungi setiap waktu.

Di Stati Kuken ini, kata Romo Fabi, bangunan gereja terbuat dari kayu dengan ukuran 6x 8 meter.

“Bangunannya terhitung sangat kecil untuk umat Katolik dari tiga kampung yang ada di situ,” paparnya.

Jumlah KK yang ada di situ 112. Itu masih harus ditambah dua kampung lain yang bergabung, karena mereka ingin boleh mendapatkan pelayanan Sakramen Baptis, Komuni Pertama dan Perkawinan.

“Pada kesempatan kunjungan pastoral ke Stasi Kuken tersebut, kami langsung melakukan Perayaan Ekaristi di mana sejumlah umat boleh langsung menerima tiga sakramen sekaligus,” papar Romo Fabi.

Maklumlah. “Karena kondisi hidup sosial masyarakat di tempat terpencil ini sangat susah. Sejumlah pasutri sudah hidup bersama dan bahkan telah memiliki 2 bahkan 3 anak.

Makanya, semuanya diterima berbarengan: Sakramen Perkawinan untuk sejumlah pasutri dan Sakramen Baptis untuk anak-anak mereka,” jelas Romo.

13 stasi dengan lokasi berpencar-pencar

“Paroki Warokop-Muyu Utara ini punya 13 Stasi,” jelas Romo Fabi Pr.

“Tapi, lokasinya terpencar-pencar ada di mana-mana. Butuh perjuangan fisik dan nyali besar untuk bisa kesana.

Termasuk mengunjungi stasi-stasi yang lokasinya berbatasan langsung dengan negara lain yakni Papua New Guinea (PNG),” terang Romo Fabi Pr yang menerima Sakramen Imamatnya dan ditahbiskan menjadi imam diosesan Keuskupan Agung Merauke tahun 2010 lalu. (Berlanjut)

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version