[media-credit name=”Monastero San Benedetto Italia” align=”alignleft” width=”300″]
Pada waktu itu, tambah Frater Ignazio, komunitas frater-frater rahib Benediktin di Roma masih serba pas-pasan. Seiring dengan makin bertambahnya anggota komunitas, maka rumah tempat tinggal mereka menjadi kurang memadai lagi. “Di tengah sempitnya lahan untuk tempat tinggal, kami tetap antuasias menadah mimpi indah untuk sekali waktu benar-benar memiliki lahan biara monastik,” tulisnya kepada Sesawi.net.
Mencari lokasi biara
Selang dua tahun berlalu, upaya mencari lahan lokasi yang cocok untuk biara monastik Benediktin tetap tak membuahkan hasil. Eh, rahmat Tuhan bekerja dalam perjalanan waktu. “Tiba-tiba datang tawaran pada kami, bahwa di tanah kelahiran Santo Benediktus di Norcia ada lahan dan bangunan kosong terbengkalai yang layak dihuni sebagai biara,” papar Frater Ignazio.
Biara Benediktin di Roma sesungguhnya “rumah komunitas religius” tanpa surat kepemilikan resmi alias komunitas tanpa biara. “Sementara di Norcia, Perugia, ada biara tanpa penghuninya…Maka tawaran baik pun lalu diterima dengan suka cita,” terang Frater Ignazio.
Berikutnya adalah acara pindah rumah. Menurut penuturan Frater Ignazio, mutasi rumah dan sekalian penghuninya dari Roma ke Norcia ini mendapat respon sangat positif dari umat katolik dan pejabat gereja setempat. Uskup Norcia dan para imam gegap gempita menyambut kedatangan rombongan “pemudik religius” ini datang menempati “rumah induk” di kota kelahiran Santo Benediktus di Norcia, Perugia.
Kejadiannya berlangsung saat para rahib Benediktin ini biasa melakukan ibadat sore pertama di hari Minggu Advent I Tahun Perayaan Yubileum Agung 2000 lalu. “Ternyata, seiring dengan kepindahan kami ke Norcia, gelombang novis baru juga masuk bergabung ke dalam komunitas kami. Dan kami pun kembali dipusingkan oleh satu masalah lagi: mencari tempat baru guna bias menampung seluruh anggota komunitas,” terang Frater Ignazio. (Bersambung)
Mathias Hariyadi, penulis dan tim redaksi Sesawi.Net