Puncta 06.08.22
Pesta Yesus Menampakkan Kemuliaan-Nya
Lukas 9: 28b-36
SETELAH sekian puluh tahun tidak mendaki gunung, saya diajak naik Gunung Mongkrang. Namanya belum familier, karena memang jalur pendakian baru.
Gunung di Jateng yang biasa didaki seperti Gunung Merapi, Merbabu, Sindoro, Sumbing, Slamet atau Lawu.
Gunung Mongkrang bersebelahan dengan Gunung Lawu di Kabupaten Karanganyar.
Kami melewati Bukit Candi kurang lebih satu jam mendaki. Kemudian melewati lereng dan ngarai panjang menuju Puncak Mongkrang dengan ketinggian 2194 mdpl.
Di atas gunung bisa menikmati sunrise yang sangat indah. Perjuangan yang melelahkan dibayar dengan pemandangan indah yang menakjubkan.
Di atas gunung yang ada hanyalah kekaguman, rasa syukur penuh sukacita dan kekerdilan di hadapan Sang Maha Pencipta.
Allah begitu dekat melalui alam ciptaan-Nya. Lewat pemandangan yang membentang luas, Tuhan menampakkan kemahakuasaan-Nya. Sungguh indah luar biasa.
Dalam Injil, Yesus mengajak ketiga murid-Nya: Petrus, Yohanes, dan Yakobus naik ke sebuah gunung. Yesus naik gunung untuk berdoa.
Dalam doa-Nya itu, Ia berubah rupa dalam kemuliaan. Musa dan Elia nampak sedang berbicara dengan-Nya.
Ketika melihat Yesus dalam kemuliaan itu Petrus takjub dan berkata, “Guru, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan sekarang tiga kemah; satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia.”
Dari dalam awan terdengar suara, “Inilah Anak-Ku yang Kupilih, dengarkanlah Dia.” Nampaklah Yesus tinggal seorang diri. Musa dan Elia telah pergi.
Yesus hanya seorang diri, artinya Dialah Anak Allah yang terpilih. Dialah Anak yang diutus Bapa sendiri.
Yesus adalah Musa baru yang membawa umat manusia keluar dari perbudakan dosa. Elia adalah nabi besar yang naik ke surga dengan kereta.
Yesus adalah Anak Allah yang menggenapi dan menyempurnakan karya penebusan.
Pengalaman rohani yang hebat ini menjadi dasar iman para rasul. Mereka boleh “mencicipi” kemuliaan surgawi bersama Yesus.
Pengalaman ini dirahasiakan agar para murid tidak berbesar hati sehingga melupakan jalan salib yang harus ditempuh.
Transfigurasi ini hanya bisa dimaknai dengan benar setelah peristiwa Gunung Golgota. Kemuliaan Yesus baru bisa dipahami setelah peristiwa kematian dan kebangkitan-Nya.
Makanya mereka tetap menyimpan perkara itu sampai Yesus bangkit.
Setelah pengalaman indah di atas gunung, orang harus berani turun kembali untuk menjalani kehidupan nyata.
Pengalaman rohani yang hebat dapat menjadi daya kekuatan menapaki jalan salib setiap hari.
Ingatlah setelah perjuangan berat, seusai hujan yang lebat, pasti akan muncul pelangi yang indah.
Nikmatilah kemuliaan Tuhan itu.
Joko Tingkir minur air degan,
Habis minum langsung kelejotan.
Percayalah kepada Yesus Tuhan,
Dialah wahyu Allah yang kelihatan.
Cawas, Syukur atas pengalaman kasih…