KEMARIN, kita diajak merenungkan jalan sempit yang membawa keselamatan dan jalan lebar yang menuju kebinasaan (Matius 7:13-14).
Hari ini, Tuhan Yesus mengajak orang untuk waspada terhadap mereka yang menawarkan jalan lapang itu.
Siapa mereka itu?
Yesus menggambarkannya sebagai nabi palsu yang berbaju gembala, tetapi sebenarnya serigala (Matius 7:15). Mereka itu mengajarkan jalan palsu dan menjanjikan hal-hal menarik, mudah, murah, dan praktis.
Mereka yang mengikuti berakhir tragis.
Bagaimana cara mengidentifikasi nabi palsu itu?
Yesus mengajak untuk melihat buah-buahnya. “Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri?” (Matius 7:16).
Buah itu tampak dari tindakan mereka, terutama ketika ada bahaya yang mengancam kawanannya. Apakah dia pasang badan seperti Yesus, Sang Genbala sejati (Yohanes 10:14-15) atau dia lari menyelamatkan diri tatkala bahaya mendekati (Yohanes 10: 12)?
Hingga kini, dalam pelbagai komunitas kristiani, selalu ada nabi-nabi palsu. Mereka itu bagai serigala berbulu domba (Matius 7:15) yang perlu diwaspadai.
Mereka tampil seakan-akan sangat baik, berkualitas, penuh dedikasi, dan suka berkorban. Namun, sesungguhnya mereka punya pamrih, mulai dari pamrih rohani (pujian, popularitas, unjuk diri) hingga materi (uang atau keuntungan pribadi).
Lebih dari itu, kita hidup dalam zaman yang bukan hanya menawarkan solusi-solusi mudah atas pelbagai masalah, melainkan juga melawan Gereja dan ajaran yang benar. Mereka menggunakan media sosial untuk menyesatkan banyak orang.
Bagaimana orang mesti bersikap? Kembali ke ajaran Yesus. Waspadailah semua itu dari buahnya. Kalau membawa keselamatan dan kesejahteraan sejati, tentu itu berasal dari Tuhan.
Namun, jika berakhir pada kebinasaan, pastilah itu dari para guru yang menawarkan jalan palsu.
Rabu, 28 Juni, 2023
PW Santo Ireneus Uskup dan Martir