Puncta 22.10.23
Minggu XXIX
Yes 45: 1.4-6. I Tes1: 1-5b. Matius 22: 15-21
PADA awal Orde Baru, Suharto mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967 tentang Agama, Kepercayaan, dan Adat Istiadat Cina.
Keputusan ini melarang segala bentuk perayaan keagamaan bagi warga Tionghoa. Akibatnya mereka seperti terkekang tidak punya kebebasan. Mereka ditindas secara kultural, etnis dan agamanya.
Lalu muncullah Abdulrahman Wahid alias Gus Dur menjadi Presiden RI. Ia membuat Kebijakan yang melahirkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 6 Tahun 2000 tentang Pencabutan Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967 tentang Agama, Kepercayaan, dan Adat Istiadat Cina.
Warga Tionghoa seperti terbebas dari belenggu yang menekan selama ini. Gusdur walau ia seorang Muslim, tetapi menjadi Bapak Kaum Tionghoa. Ia disebut sebagai Bapak Toleransi, tokoh Pluralisme yang menjunjung hak-hak yang sama bagi setiap warga negara,
Seperti dalam Bacaan pertama, Tuhan menggunakan Raja Koresh dari Persia untuk membebaskan Bangsa Israel dari pembuangan, sehingga mereka bisa kembali ke Tanah Israel dan membangun Bait Suci.
Agama, budaya dan adat istiadat mereka hidup kembali. Mereka hidup sebagai bangsa yang menyembah Tuhan.
Dalam Bacaan Injil, Yesus dicobai oleh orang-orang Farisi tentang membayar pajak kepada kaisar. Jawaban Yesus sangat bijaksana. “Berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar, dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.”
Sebaliknya jika sebagai pemimpin, apa yang dilakukan Gusdur sejalan dengan sabda di atas. “Berikanlah kepada rakyat apa yang wajib kamu berikan kepada rakyat, dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.”
Dengan memberikan hak paling asasi kepada warga Tionghoa, Gusdur tidak berkurang keislamannya. Ia justru sedang menjalankan nilai-nilai Islami. Ia menjadi orang Islam sejati.
Begitu pula sebagai orang Katolik, kita harus bisa memberi kontribusi positif kepada bangsa dan negara. Memberi nilai postitif kepada bangsa tidak mengurangi persembahan kita kepada Tuhan. Justru iman kita menjadi nyata karena kita ikut membangun bangsa dan negara.
Pergi ke alun-alun membeli sate siput,
Semua antri sabar menunggu tanpa ribut.
Dalam Pemilu kita semua jangan Golput,
Ayo gandengan tangan dengan Pak Mahfud.
Cawas, ayo gunakan hak kita…