Renungan Harian
9 Februari 2021
Bacaan I: Kej. 1: 20-2: 4a
Injil: Mrk. 7: 1-13
SORE itu, saya ikut nimbrung dengan bapak-bapak yang lagi ngobrol di halaman gereja. Tak berapa lama kemudian datang anak muda, puetra salah seorang bapak yang ikut ngobrol di halaman gereja.
Anak muda itu datang mengendarai sepeda motor yang kelihatan masih baru tetapi beberapa bagian sudah dipreteli.
Melihat anak muda itu, spontan saya menyapa: “Wah motor baru ya?”
Iya romo, baru dibeliin papa,” jawab anak muda itu.
“Lho, itu kenapa spion dan sayap motornya sudah hilang? Kamu jatuh?,” tanya saya.
“Tidak romo, memang saya lepas,” jawabnya dengan enteng.
“Ya itu romo, kemarin saya sudah marah-marah. Dia merengek-rengek minta motor, baru sehari motor itu di tangannya sudah dipreteli seperti itu,” bapaknya menyahut.
“Romo, motor ini kan sudah diberikan ke saya, jadi saya bebas dong membuat motor saya sesuai selera saya, betulkan Mo?,” jawab anak itu membenarkan diri.
“Papamu membelikan motor karena beliau sayang sama kamu. Dan tentu saja beliau berharap kamu merawat dengan baik motor itu. Motor yang kamu rawat dengan baik dan benar akan menjamin keselamatanmu.
Itu yang pertama dan selanjutnya kalau ada orang di rumah membutuhkan untuk menggunakan motor itu dapat menggunakannya dengan aman. Kalau motor kamu buat seperti ini, bukan hanya orang rumah susah memakainya tetapi yang lebih penting membahayakan keselamatan dirimu,” kata saya.
Anak muda itu berpendapat, kalau sesuatu itu miliknya maka dia dengan bebas menggunakan dan memperlakukan barang itu. Pemahaman akan penghormatan dan ungkapan rasa terimakasih kepada yang memberi dengan cara merawat dan mempergunakan barang itu dengan baik, jauh dari dirinya.
Apalagi barang seperti kendaraan; kalau tidak dirawat dengan baik dan dipergunakan sebagaimana mestinya bisa membahayakan keselamatan dirinya dan orang lain.
Kiranya pemahaman dan pandangan berkaitan dengan milik seperti orang muda itu banyak terjadi diantara kita.
Ketika saya memiliki sesuatu berarti saya berkuasa atas sesuatu itu dan berhak mempergunakan dan memperlakukan sesuatu itu sesuai dengan keinginan saya.
Sering kali seleraku dan kepentinganku lebih penting dari pada keselamatan dan atau kepentingan orang; bahkan tidak berpikir akan keselamatan diri sendiri.
Itulah yang terjadi dengan manusia yang diberi kuasa atas alam semesta. Banyak di antara manusia yang merasa berhak atas alam semesta ini sehingga bertindak seturut selera dan kepentingan sendiri.
Banyak yang tidak berpikir bahwa diberi kekuasaan bukan untuk merusak tetapi berkuasa sebagaimana Allah berkuasa atas alam semesta ini; yaitu mencintai, merawat dan melindungi.
Sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Kitab Kejadian mengingatkan agar manusia yang diberi kuasa atas seluruh ciptaan bertindak sebagaimana Allah bertindak terhadap ciptaan. “Berkuasalah atas ikan-ikan di laut, burung-burung di udara, dan segala binatang yang merayap di bumi.”
Bagaimana dengan aku? Adakah aku mencintai alam ciptaan ini?