BERITA subuh hari ini, “Aku kosong tanpa-Mu” dibaca di grup whatsapp.
Berita menarik, sayang bila dilewatkan. Baris-baris informasi dibaca penuh minat. Sesekali Wati melihat jam di sudut androidnya. Masih ada waktu untuk bersih diri, nanti aja. Pikir Wati.
05.10 WITA dia terbangun dari tempat tidurnya dan beranjak bersih diri. Masih ada waktu untuk doa, nanti saja. Yang doa saya juga mo.
Kisah kasih
Wati seorang pekerja mandiri. Ia mengelola usaha online produk-produk masyarakat setempat. Keputusannya untuk keluar dari tempat kerja sempat mendapat pertentangan dari orangtuanya.
Tekadnya untuk menolong masyarakat usaha rumahan yang menjadi alasan utamanya. Tabungan dari hasil kerjanya memang tak seberapa, tetapi setidaknya untuk menghidupi dirinya sendiri masih bisa.
Semenjak masa pandemi, masyarakat setempat mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan keluarga. Permintaan produksi dari pihak perusahaan menurun.
Masyarakat setempat harus mandiri memasarkan produk rumah tangga mereka. Sedangkan dari segi kemampuan, pemasaran produk dengan menggunakan media sosial masyarakat belum sepenuhnya paham.
Wati prihatin dengan kondisi tetangga-tetangganya. Sebelum berhenti dari tempat kerjanya, ia sudah memulai mencari mitra bisnis dan membangun bisnis online dengan mitra bisnis di luar daerah atau pulau.
Setelah terjalin relasi baik dan terpercaya, Wati mengundurkan diri dari tempat kerjanya. Alasan keprihatinannya dia sampaikan kepada pemilik perusahaannya.
Perjalanan Wati tidak semudah dia bayangkan. Penipuan pesanan dia alami. Mengambil produk-produk masyarakat dari desa ke desa dia lakukan. Ditempuh dengan sepeda motor atau berjalan kaki.
Lelah fisik dan mental. Tak jarang dia merasa sia-sia membantu masyarakat, karena hasil yang dibayarkan pemesan tidak seimbang dengan kerja pekerja rumahan. Justru pemesan-pemesan yang berduit yang tak bisa menghargai. Menawar dengan harga serendah mungkin.
Sedangkan menjualnya dengan harga tinggi. Orang kaya kenapa tak bermartabat? Yang dipikir dapat uang banyak. Pikir Wati dalam hati.
Situasi yang dia hadapi membuatnya dilema. Benarkah dengan jalan pilihannya ini? Bisakah menolong masyarakat kecil?
Kosong tanpa-Mu
“Saya merasa kosong hari ini. Karena saya mulai subuh hingga pukul 05.10, saya buang-buang waktu dengan membaca berita subuh dari whatsapp,” tuturnya.
“Saya tidak mencari Tuhan. Tidak mengisi pikiran dan hati dengan Tuhan. Sekarang jadi kosong rasanya. Saya sudah berdoa siang tadi. Tapi makin kosong rasanya,” sambungnya.
Sore, pukul 15.00 dia mencoba lagi berdoa Kerahiman.
Katanya, “Saya coba siapa tahu saya bisa merasa terisi, meski sebenarnya saya tidak tahu bagaiamana berdoa yang baik dan benar.”
“Setelah berdoa, saya merasa terisi dan terasa Ada yang melengkapi hidup saya,” sharingnya setelah jam kerahiman lewat 15 menit.
Dia merasakan hatinya penuh dengan bahagia yang tak bisa dikatakan. “Manis,” katanya.
Dengan melihat gambar Kerahiman Illahi, Wati mengatakan bahwa dia merasa sangat dikasihi Tuhan Yesus. Manis sekali dan indah yang ada.
Doa memiliki kekuatan yang luar biasa. Menembus jarak dan waktu. Hati seseorang mampu Dia tembus apalagi jarak dan waktu. Bagaimana prosesnya tidak ada yang tahu.
Misteri karya Tuhan yang luar biasa.
“Hati Yesus manis banget,” imbuhnya.
“Saya sudah menyia-nyiakan waktu dan melakukan hal-hal yang tak berguna. Pastinya mengecewakan Dia. Tapi Dia tu Sus, baik sekali,” Wati sharing sambil senyum.
Ya Wati. Setuju dengan sharing imanmu. Hati-Nya sangat manis tapi nggak bikin diabetes meletus.
Terimakasih Wati.