Home BERITA Hidup Baik Itu Sumber Kebahagiaan

Hidup Baik Itu Sumber Kebahagiaan

0
Ilustrasi - Bahagia sukacita menemukan cinta dalam keluarga. (Ist)

Senin, 1 November 2021

HR Semua Orang Kudus

  • Why.7:2-4.9-14;
  • Mzm.24:1-2.3-4ab.5-6.
  • 1Yoh.3:1-3.
  • Mat. 5:1-12a

SETIAP manusia pasti ingin bahagia. Namun, setiap orang memiliki persepsi berbeda tentang bahagia, demikian pula cara untuk menjadi bahagia.

Meski tak mudah untuk selalu merasa bahagia, seseorang bisa menciptakan kebahagiaannya sendiri karena dari otaklah kebahagiaan seseorang bermula.

Ada orang yang menempatkan kepemilikan sebagai kebahagiaan, ada juga yang menjadikan perbuatan baik kepada orang lain sebagai sumber kebahagiaan.

Banyak orang yang bahagia karena hidup dalam keharmonisan keluarga, keamanan, kondisi lingkungan, serta hubungan sosial yang mereka miliki.

“Saya hanya ingin sisa hidupku bisa bermanfaat bagi orang lain,” kata seorang kakek sambil menyabit rumput yang mulai tumbuh di pekarangan pastoran.

“Meski hanya bisa ikut bersih-bersih kompleks gereja dan pastoran,” lanjutnya.

“Digaji berapa Mbah setiap bulan?” tanya temanku.

“Saya tidak digaji dan saya bekerja bukan untuk mencari gaji, saya hanya ingin berbuat sesuatu bagi orang lain dan Tuhan,” sahutnya.

“Saya merasa bahagia ketika melihat gereja dan pastoran rapi dan orang bisa nyaman datang dan beraktivitas,” lanjutnya.

“Hal ini sesuatu yang tidak pernah saya alami sebelumnya, bisa senang dan cenderung bahagia melihat sesuatu yang sederhana yang telah saya sentuh dengan tangan dan keringat yang mengucur dari tubuh saya,” ujarnya.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian.

“Berbahagialah orang yang suci hatinya sebab mereka akan memandang Allah. Berbahagialah orang yang membawa damai sebab mereka akan disebut anak-anak Allah. Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga.”

Sabda Bahagia adalah berkat yang Tuhan berikan kepada kita untuk membantu kita dalam perjalanan ke surga dan bahwa kita menjalani hidup kita sesuai dengan cara Tuhan dan bukan dengan cara dunia.

Tuhan ingin kita bahagia. Namun kebahagiaan itu dikaitkan dengan mutu manusianya, bukan apa yang dimilikinya.

Kebahagiaan diawali pertobatan, yaitu perpalingan hidup dari perbuatan, kebiasaan, budaya salah dan lain sebagainya.

Kesadaran akan betapa miskinnya kita di hadapan Allah, menjadi titik tolak dari proses pemuridan selanjutnya, yang kelanjutannya masih perlu kita tapaki.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah yang membuatku bahagia dan bagaimana menghidupinya?

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version