Selasa, 23 Agustus 2022
- 2Tes. 2:1-3a,13b-17.
- Mzm. 96:10,11-12a,12b-13.
- Mat. 23:23-26.
MEMBANGUN model hidup yang pantas dihadapan Tuhan dan berkenan bagi sesama.
Model hidup yang benar, mestinya merupakan perpaduan antara sikap lahiriah dan batiniah. Perpaduan antara kata dan perbuatan.
Hidup batin dan pengajaran semestinya harus juga terlihat dalam tindakan nyata.
Tindakan dan hidup lahiriah merupakan kesaksian dari apa yang benar, yang dihayati dari kedalaman batin.
“Pakdhe, saya mau membelikan hadiah untuk ulang tahun pernikahan bapak ibu, tetapi uangnya belum cukup,” kata seorang anak pada pakdhe-nya.
“Kurang berapa?” tanya pakdhe-nya.
“Saya sudah satu tahun ini menabungnya, tetapi saya lihat masih kurang seperempat dari harga yang ada,” jawabnya.
“Aku bantu ya, biar sisanya saya yang menambahkan,” sahut pakdhe-nya.
“Tidak pakdhe, saya ingin memberi hadiah ini murni dari usahaku sendiri,” tuturnya.
“Ya udah, untuk menutup biaya itu, kamu membantu kerja di toko pakdhe setelah pulang sekolah tentunya, nanti saya gaji kamu,” ujar pakdhe-nya.
“Setuju pakdhe,” jawabnya.
Anak itu, bisa saja menerima uang dari pakdhe-nya dan membelikan hadiah orangtuanya, tanpa harus bersusah payah, jika hanya tujuannya menyenangkan hati orangtuanya dan mencari pujian.
Namun dia tidak melakukan itu, dia punya niat, dan memperjuangkannya.
Dia ingin membahagiakan orang tuanya bukan mencari pujian.
Dia ingin mempersembahkan sesuatu yang berharga bagi orang yang dihormati dan dicintainya dari hasil jerih payahnya sendiri.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,
“Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan.
Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan. Hai kamu pemimpin-pemimpin buta, nyamuk kamu tapiskan dari dalam minumanmu, tetapi unta yang di dalamnya kamu telan.”
Dengan bahasa yang lugas dan tegas, Yesus menunjuk ironi serius dan penyesatan besar yang dilakukan oleh ahli Taurat dan orang Farisi serta pihak-pihak yang semestinya menunjukkan teladan penghayatan keagamaan yang benar.
Sayangnya, mereka justru menunjukkan kedangkalan, kesesatan, dan kemunafikan. Yesus menyayangkan hal itu dan mengkritiknya secara terbuka dan tegas.
Perbuatan hanya akan menjadi persembahan yang bernilai tinggi jika dilakukan dengan hati yang bersih dan tulus, bukan demi mencari pujian, apalagi keuntungan materi bagi diri sendiri.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku berusaha hidup sesuai antara kata dan tindakan?