KASIH, inti ajaran Kristen, senantiasa relevan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Menghayatinya secara sungguh-sungguh mendatangkan buah baik bagi hidup pribadi maupun hidup bersama.
Itulah yang ditulis dalam surar kepada orang Ibrani (13: 1-8).
Bagaimana orang menerapkannya?
Pertama, dengan memberi tumpangan kepada orang lain yang membutuhkan. Dengan berbuat demikian orang menjamu malaikat (Ibrani 13: 2); bahkan Tuhan sendiri (Matius 25: 35).
Kedua, dengan menaruh hormat terhadap perkawinan (Ibrani 13: 4). Herodes melanggarnya dengan mengambil Herodias, isteri Filipus, saudaranya, menjadi isterinya (Markus 6: 17).
Ketiga, dengan tidak menjadi hamba uang dan berani berkata cukup, karena Tuhanlah yang memelihara kehidupan manusia (Ibrani 13: 5). Bukankah akar segala kejahatan adalah cinta uang? (1 Timotius 6: 10)
Tuhan yang mahakasih menolong manusia dan tidak membiarkan seorang pun terlantar. Karena itu, orang tidak perlu takut (Ibrani 13: 6). Akhir hidup dari mereka yang percaya kepada Tuhan layak dijadikan teladan (Ibrani 13: 7). Mereka itu selalu berkata, “Tuhanlah terang dan keselamatanku.” (Mazmur 27: 1).
Banyak tantangan dalam menghayati ajaran di atas. Tantangan utamanya ialah sikap mementingkan diri sendiri. Herodes membunuh Yohanes Pembaptis demi gengsi dirinya di depan umum (Markus 6: 26-27).
Zaman ini diwarnai dengan banyak Herodes baru yang demi kepentingan diri sendiri mengorbankan sesamanya. Mulai dari aborsi atas bayi tak bersalah demi gengsi orangtuanya hingga penjajahan baru atas wilayah negara lain demi kepentingan sosial, politik, dan ekonomi.
Nasihat-nasihat dari surat kepada orang Ibrani mengingatkan dan mengajak orang kembali ke hakikat dan panggilan hidupnya, yakni terus menerus mengasihi (Ibrani 13: 1).
Dengan kata lain, hidup dalam kasih persaudaraan.
Jumat, 3 Februari 2023
