Pada suatu hari seorang petinggi sebuah BUMN meminta diterapi untuk mengatasi rasa kurang percaya dirinya. Sebelum terapi dilakukan, dia sudah mendapat penjelasan panjang lebar tentang proses terapi, bahkan sudah dilakukan latihan. Apa yang terjadi?
Terapi belum bisa dilakukan meskipun sudah berada di kondisi sangat rileks, karena ia tiba-tiba bertanya, “Kenapa pikiran saya masih aktif?” Rupanya ia sudah pernah dua kali dibius, lalu membayangkan dan menunggu-nunggu terapis menjentikkan jari dan membuat kesadarannya langsung hilang seperti waktu habis disuntik anestesi.
“Kalau kesadaran hilang, bagaimana saya mengajak Anda berbicara?” Pria itu langsung menempelkan telapak tangannya di jidat. Ia baru teringat penjelasan yang tadi diterimanya.
Tak jarang calon klien juga bertanya, apakah selama terapi mereka akan dibuat tidur. Tentu saja tidak. Hipnoterapi dilakukan dengan cara omong-omong alias berkomunikasi dengan pikiran bawah sadar. Orang yang tidur tidak akan bisa diajak berkomunikasi.
Kondisi hipnosis tidak sama dengan tidur, melainkan hanya seperti orang tidur atau sangat mengantuk dan mata terasa sulit dibuka; sementara indera lain tetap bisa mendengar, merasa, mencium bau dan
merespon pertanyaan. Artinya, pikiran tetap berfungsi.
Seperti ketika Anda masih di tempat tidur pada pagi hari. Mata masih terasa lengket, pikiran masih malas berpikir, badan terasa berat untuk digerakkan, tetapi Anda bisa menangkap suara azan, mendengar musik greogian, mencium bau kopi yang sudah diseduh dan nasi goreng yang sedang dimasak.
Atau seperti pada malam hari ketika Anda sudah rebah dengan manis di tempat tidur, mata sangat mengantuk dan sudah malas mikir; namun Anda masih bisa mendengar suara TV dan mencium bau harum pasangan Anda sehabis membersihkan wajah dan menggosok gigi. Maka ketika Anda ditanya pun masih bisa menyahut.
