PERNAH suatu ketika, tujuh orang datang bersamaan menghadap romo. Mereka ini adalah pribadi-pribadi yang asing bagi romo paroki karena tidak banyak terlibat di paroki. Namun kini mereka menemui romonya untuk menawarkan diri, bagaimana mereka bisa mengambil bagian dalam gerak hidup menggereja di paroki.
Tentu saja romo kaget dengan pertanyaan dan tawaran itu. Sebab seringkali sedemikian susah menemukan orang yang dengan sukacita dan ikhlas melibatkan diri menjadi fungsionaris Gereja, tetapi ketujuh orang ini malah meminta tugas pelayanan.
Usut punya usut, mereka ini baru saja mengikuti retret perutusan, sebagai puncak kursus evangelisasi yang berlangsung hampir 4 bulan. Roh Allah mengobarkan mereka untuk mengabdi.
Pengalaman akan Roh Allah
Setiap orang mempunyai pengalaman akan Roh Allah. Para murid pun mengalaminya. Di antaranya adalah pada peristiwa Pentakosta. “Lalu tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus.” (Kis 2: 3-4).
Para murid merasakan kehadiran Roh Allah yang mengubah cara pandang mereka terhadap Tuhan, dunia, dan diri sendiri. “Lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diilhamkan oleh Roh itu kepada mereka untuk dikatakan” (Kis 2: 4).
Mereka menjadi paham, bahwa mereka telah dibarui dalam Roh. Mereka sudah bukan lagi murid yang hanya bersandar pada Guru, melainkan berani berdiri tegak, siap untuk diutus menjadi saksi dan mewartakan Kabar Kebangkitan Tuhan.
Ketujuh pribadi tersebut di atas telah mengubah persepsi mereka tentang Tuhan dan sesama, iman dan panggilan, serta diri pribadi. Atas inisiatif pribadi (baca: panggilan Allah) mereka mengikuti kursus iman. Kemudian menutup dengan retret. Dan kini Roh Allah mendorong mereka untuk lebih mendalam terlibat secara bertanggungjawab atas iman sendiri dan sesama. Mereka mengalami Pentekosta. Lalu apa yang selama ini seolah-olah menjadi milik pribadi, kini didorong untuk dibagikan. Itu bisa aneka hal: ilmu, ketrampilan, tenaga, nasihat, bahkan kekayaan material.
Hari ini kita merayakan Pentakosta. Tuhan datang untuk mencurahkan Roh KudusNya pada setiap pribadi beriman. Rasakanlah itu, alamilah itu. Bukankah kita berkobar-kobar karena Allah yang menyapa dan bertahta dalam diri kita masing-masing. Kini saatnya untuk siap diutus menjadi saksi dan mewartakan kebaikan Tuhan.
Dengan cara apa? Kita mempunyai aneka talenta, bakat, dan kekayaan diri. Bagikanlah itu dalam damai sejahtera kepada sesama. Libatkanlah diri kita dalam berbagai tugas dan pelayanan Gereja. “Ada rupa-rupa karunia, tetapi hanya ada satu Roh. Ada rupa-rupa pelayanan, tetapi hanya ada satu Tuhan. Dan ada berbagai-bagai perbuatan ajaib, tetapi Allah adalah satu” (1Kor 12: 4-6).