Puncta 06.10.22
Kamis Biasa XXVII
Lukas 11: 5-13
PASTORAN Tayap -tempat di mana saya pernah bertugas- posisinya berada di tengah-tengah Kabupaten Ketapang.
Banyak orang singgah, jika sedang dalam perjalanan. Bahkan juga ada yang bermalam, karena perjalanan jauh. Maka pastoran selalu terbuka bagi siapa pun yang akan singgah sewaktu-waktu.
Siapa saja diterima dengan sukacita dan seadanya. Di kamar makan disiapkan kopi, gula, mie instan, telur atau kue-kue kecil untuk para tamu yang tiba-tiba datang. Mereka biasa bikin kopi sendiri, jika mau makan dan minum.
Tamu-tamu dari mana saja, kapan saja dan kalangan apa saja selalu diterima. Dari umat kampung, pastor bruder suster, uskup, bahkan Duta Besar Vatikan pernah singgah di Tayap.
Dari rakyat biasa, bupati bahkan Pak Cornelis, Gubernur Kalbar pernah menginap di Tayap.
Pelayanan kamar tamu sebagai wujud semangat keramahtamahan bagi “orang asing” yang membutuhkan tempat beristirahat adalah bagian dari karya pastoral juga.
Saking terbukanya, koster pernah terkecoh menerima gadis yang mengaku calon suster bermalam di pastoran. Ketika saya interogasi, ternyata “orang gila.”
Tetapi yang namanya pelayanan memang tidak boleh pilih-pilih. Kita menolong siapa pun yang membutuhkan tempat untuk berteduh dan beristirahat.
Hari ini Injil mengisahkan bagaimana orang minta bantuan kepada tetangganya karena ia tidak ada roti untuk menjamu sahabatnya yang sedang dalam perjalanan singgah di rumahnya.
Masakan tetangganya itu tidak akan memberikan apa yang diminta. kalau dia terus menerus memintanya?
Yesus menegaskan, “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.”
Yesus mau membandingkan betapa Allah Bapa kita juga akan selalu memberi jika ada anak-anak-Nya yang meminta kepada-Nya.
Jika kita mempunyai rasa belas kasihan kepada orang yang sedang mengalami kesulitan, apalagi Bapa yang di surga pasti juga akan bertindak jika kita meminta kepada-Nya.
Yesus mau mengatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Bapa akan memberi dengan kemurahan hati-Nya kepada siapa pun yang mengetuk pintu-Nya.
Kita bisa meniru kemurahan hati Allah itu dalam hal yang kecil dan sederhana; misalnya, bagaimana kita selalu terbuka pada tamu-tamu yang datang.
Tidak perlu membatasi pastoran dengan jam-jam tamu. Kapan saja mereka datang diterima dengan sukacita.
Bagaimana kita mengembangkan hospitality dalam berpastoral? Komunitas pastoran menjadi tempat yang nyaman bagi siapa pun. Mereka bisa diterima dengan keramahan dan sukacita.
Binatang berleher panjang itu jerapah,
Tidak bisa makan rumput yang ada di tanah.
Menerima tamu dengan ramah tamah,
Semua yang datang akan mendapat berkah.
Cawas, menerima dengan ramah tamah…