DIBANDINGKAN dengan makhluk ciptaan lain manusia dikaruniai anugerah istimewa. Namanya kebebasan. Itulah ciri khasnya manusia.
Dengan menggunakan kebebasan itu manusia menentukan nasibnya. Apakah kebebasannya sungguh membuatnya merdeka atau sebaliknya tergantung pada keputusan bebasnya?
Anak muda yang datang kepada Yesus memiliki cita-cita yang tinggi; ingin memperoleh hidup sejati atau hidup kekal (Mrk 10: 17-27).
Itulah kebebasan yang sesungguhnya.
Namun ketika Yesus memintanya untuk menjual segala harta milik dan memberikan itu kepada orang miskin demi dapat mengikuti Yesus, dia pergi dengan hati kecewa (Mrk 10: 22).
Alasannya? Karena dia terikat pada hartanya yang banyak.
Dia ingin memperoleh kebebasan sejati, tetapi tidak rela melepaskan diri dari harta milik. Itulah keputusan bebasnya.
Dia menggunakan kebebasannya untuk membelenggu diri sendiri. Itulah ironi makhluk yang disebut manusia. Diberi kebebasan, tetapi memilih terikat.
Yesus bersabda, “Anak-anak-Ku, alangkah sukarnya masuk ke dalam Kerajaan Allah. Lebih mudah seekor unta melewati lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.” (Mrk 10: 24-25).
Apakah itu berarti bahwa kekayaan itu buruk?
Sama sekali tidak. Yesus hanya menegaskan bahwa harta bisa merampas kebebasan seseorang. Tanpa kebebasan sejati orang tidak mencapai tujuan hidupnya, yakni hidup abadi.
Harta itu fasilitas yang diperlukan dalam hidup manusia yang bebas.
Namun bisa juga menjadi ikatan yang menghancurkan kebebasan manusia.
Senin, 28 Februari 2022
“It is difficult to free fools from the chains they revere.” Voltaire