HARI Raya Idul Fitri selalu dinantikan setiap orang, terlebih bagi setiap perantau yang melakukan perjalanan mudik ke kampung halaman untuk silaturahmi dengan handai taulan.
Hal menarik dan selalu dinantikan adalah tradisi syawalan atau halal bihalal yang dilakukan warga Pedukuhan Grigak, Giripurwo, Girimulyo, Kulon Progo, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Ketua RW 06 Pedukuhan Grigak, Parjono (55) mengatakan, tradisi syawalan ini sudah berlangsung puluhan tahun dan dilakukan pada Lebaran kedua atau malam ketiga Lebaran.
“Kegiatan syawalan atau halal bihalal ini sebagai upaya mempersatukan seluruh warga pedukuhan desa yang merantau dan sebagai upaya saling maaf memaafkan di bulan yang fitri ini,” ujar Parjono, Jumat (16/6/2018)
Sebelum momen halal bihalal rangkaian acara halal bihalal diawali dengan ikrar saling maaf memaafkan oleh tetua desa yang kemudian diikuti oleh seluruh warga desa yang hadir.
Tradisi syawalan tahun 2018 ini diikuti lebih dari 400 orang yang terdiri dari orang tua, muda, dan anak-anak. Panjang antrian warga yang ikut tradisi syawalan mengular hingga 300 meter dan memanjang hingga jalan raya.
Parjono menambahkan, seluruh umat Islam di Pedukuhan Grigak secara khusus mengucapkan terima kasih kepada Orang Muda Katholik (OMK) St. Tarcisius, Stasi Niten, Paroki Nanggulan, yang ikut mengamankan jalannya takbir keliling pada malam Idul Fitri 1439 Hijriyah.
“Persatuan, keharmonisan dan toleransi Warga Pedukuhan Grigrak tidak bisa dirusak dengan isu agama, dan ini ditunjukkan dengan dukungan adik-adik Orang Muda Katolik Grigak yang ikut partisipasi mengamankan jalannya takbir,” tambah Parjono.
Tradisi syawalan ini juga menjadi momen temu kangen sesama warga yang merantau di berbagai kota di Indonesia mulai dari Jakarta, Bandung, Riau, Surabaya, Semarang, Tangerang, dan Bekasi.
Sementara, Kepala Dukuh Grigak, Subiasih Triyanto (45), mengatakan momen tradisi syawalan ini menjadi moment menjaga keharmonisan warga masyarakat terlebih dalam menghadapi Tahun Politik 2019 mendatang.
“Semoga momen syawalan ini menjadikan warga semakin dewasa akan semangat kebersamaan, keberagaman, dan toleransi terutama menghadapi tahun politik mendatang,” ujar Subiasih.
Dalam tradisi syawalan ini seluruh warga Pedukuhan Grigak saling maaf memaafkan tanpa harus melihat pangkat, jabatan serta kedudukan dan berharap keharmonisan, kebersamaan ini akan terus terjaga hingga generasi penerus di Pedukuhan Grigak.