BAGI mereka yang pernah berada di negara belahan Bumi Utara, sekitar bulan Desember, tentu mengalami musim dingin. Apa pun yang berada di luar bangunan, tertutup salju. Ada tipis, ada juga yang tebal. Sejauh mata memandang semua terlihat putih kemilau.
Sementara itu, dalam periode waktu yang sama, di belahan bumi yang lain sedang mengalami musim panas. Sebagian besar dedaunan mulai mengering, dan berguguran.
Pengalaman suasana Natal di kedua belahan dunia ini, bagi sejumlah orang merasa ada sesuatu yang berbeda. Ada kerinduan.
Rasa kerinduan juga dialami oleh Irving Berlin. Kagalauan hatinya disajikan secara eksplisit dalam lagunya White Christmas yang sering terdengar di bulan Desember.
Irving lahir di bagian barat Siberia (Rusia), 11 Mei 1888; dengan nama Israel Isidore Baline (Beilin) sebagai anak bungsu dari delapan bersaudara dari keluarga Yahudi:Moses Baline-Leah Yarchin.
Pada tahun 1893, kedua orang tua beserta enam saudaranya, beremigrasi ke Amerika Serikat. Di sana, ayahnya, yang seorang penyanyi, mengalami kesulitan menemukan pekerjaan yang dapat diandalkan dan meninggal dunia di tahun 1901.
Karena itu, Izzy, nama panggilannya, bekerja paruh waktu di luar jam sekolah, sebagai penjual koran serta pengantar surat telegram.
Setelah tamat dari sekolah menengah atas Izzy terjun ke dunia musik. Diawali sebagai pelayan merangkap penyanyi kafe.
Ia tercatat sebagai penggubah lagu yang kesohor. Hingga akhir hayat, 22 September 1989, tercatat tidak kurang dari 3 000 lagu telah dihasilkan.
Salah satu gubahannya adalah lagu White Christmas. Lagu berkisah tentang mimpi seseorang di malam Natal.
“Aku bermimpi (tentang) Natal yang (serba) putih. Seputih (salju), seperti yang biasa dilihat. Puncak-puncak pepohonan (putih) berkilau. (sementara) Anak-anak asyik mendengarkan lonceng giring (Santa Claus) menembus salju”.
“Di setiap kartu Natal kutitipkan harapan (dan doa). Semoga hari-harimu cerah serta ceria. Dan, seluruh Natalmu (terkesan) putih, nuansanya”.
Jauh sebelum White Christmas, Irving telah membuat lagu Marie From Sunny Italy 1907. Lagu ini perlu dimasukkan ke dalam catatan karena lagu inilah yang membuat nama aslinya tergantikan.
Itu terjadi karena pada labelnya tertulis I. Beilin (Berlin). Akhirnya, nama Irving Berlin (nama naturalisasi) selalu tertulis pada setiap gubahannya.
Perjalanan lagu White Christmas juga sangat mengesankan. Banyak pertanyaan muncul dibenak penggemar atau pengamat. Di antara adalah, apakah ditulis di musim panas di Beverly Hills atau Palm Springs?
Jawabannya? Tidak.
Draf White Christmas ditulis di Los Angeles dan diselesaikan di New York dalam suhu 0 Celcius. Ia nyanyikan di depan stafnya, Helmy Kresa, seorang pembuat lagu. Pada tanggal 8 Januari 1940 lahirlah lagu White Christmas ini.
Lagu ini muncul di saat dunia dilanda perang. Pada tanggal 7 Desember 1941, rakyat AS dikejutkan oleh serangan Jepang atas Pearl Harbour. Banyak korban. AS berduka.
Di bulan yang sama, 24 Desember 1941, yang dibawakan Bing Crosby diputar oleh sejumlah statsiun radio. Mungkin dimaksudkan sebagai pengingat akan suatu pengharapan.
Di akhir bulan Desember itu juga, lagu ini dimasukkan dalam deretan lagu militer wajib. Serta merta, baris “Just like the ones used to know” di bait pertama bermakna baru. Suatu kerinduan bagi para prajurit AS yang tersebar di seluruh dunia.
Di tahun 1942, Bing Crosby dengan sangat menawan menampilkannya, dalam film Holiday Inn. Lantunan lagu itu membuat Holiday Inn menerima Academy Award di bidang musik.
Tahun 1954, White Christmas masuk dalam album Natal Bing Crosby. Dan, tampil dalam deretan lagu Natal papan atas.
Kisah belum berhenti di bulan April 1975, AS memutuskan untuk mengakhiri perang di Vietnam. Sekitar 1.000 orang Amerika dan 6.000 orang setempat dievakuasi ke luar dari Vietnam.
Lagu White Christmas muncul di dalam sandi pelaksanaan evakuasi yang berjalan sekitar sembilan jam dan melibatkan 81 helikopter.
Sandi itu berbunyi “The temperature in Saigon is 105 degrees and rising. This will be followed by the playing of I’m Dreaming of a White Christmas.”
Lagu melankolis ini semula merupakan wujud kerinduan akan anak bayi lelakinya. Anak itu meninggal tepat di hari Natal 1928, dalam usia tiga minggu.
Irving Berlin dan istri, setiap Natal pasti mengunjungi pusara anak tercinta ini. Mungkin juga sembari melantunkan baris-baris White Christmas.
Sungguh ironis. Lagu kesedihan ini di kalangan prajurit AS berubah menjadi pengobar semangat para prajurit di medan PD II. Dan, menjadi kode penyelamatan masa evakuasi di akhir perang Vietnam.
Bagi umat kristiani, bahkan, menjadi nyanyian suka cita akan kedatang Sang Juru Selamat dunia. Merry Christmas, folks.
Pontianak, 24 Desember 2023
White Christmas
I’m dreaming of a white Christmas
Just like the ones I used to know
Where the treetops glisten and children listen
To hear sleigh bells in the snow.
I’m dreaming of a white Christmas
With every Christmas card I write
“May your days be merry and bright
And may all your Christmases be white.
I’m dreaming of a white Christmas
Just like the ones I used to know
Where the treetops glisten and children listen
To hear sleigh bells in the snow.