MELIHAT dari jarak dekat belum tentu membuat orang lebih jelas melihat. Sebaliknya, memandang dari jauh tidak selalu menyebabkan orang gagal melihat secara utuh. Itulah yang kita baca dalam injil hari ini (Lukas 5: 17-26).
Beberapa orang Farisi dan Ahli Taurat duduk mendengarkan Yesus (Lukas 5: 17), tetapi tidak melihat-Nya secara utuh. Sedangkan orang-orang yang membawa temannya yang lumpuh justru melihat Yesus secara utuh (Lukas 5: 18-19). Mereka itu percaya bahwa Yesus bisa menyembuhkan orang lumpuh.
Melihat itu, Yesus bersabda, “Hai saudara, dosamu sudah diampuni.” (Lukas 5: 20). Iman mereka membuahkan pengampunan dosa. Itu disempurnakan dengan penyembuhan. Tetapi kaum Farisi dan Ahli Taurat melihat Yesus sebagai penghujat (Lukas 5: 21). Walau mengerti Kitab Suci, mereka gagal memahami bahwa Yesus memenuhi yang dikatakan di sana.
Bukankah nabi Yesaya sudah mewartakan bahwa orang akan melihat kemuliaan Tuhan (Yesaya 35: 2)? Pada waktu itu, orang lumpuh akan melompat seperti rusa dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai (Yesaya 35: 6). Dalam Yesus, Allah sendiri datang menyelamatkan manusia (Yesaya 35:4).
Betapa sering orang yang dekat tidak melihat, sedang yang berada jauh memandang jelas dan utuh. Hal itu masih terjadi saat ini. Ada suami-isteri yang harusnya dekat dan saling mengenal, tetapi malah seakan saling jadi musuh; tidak mau saling melihat.
Ada sebagian orang beragama yang percaya kepada Tuhan gagal melihat Dia yang hadir dalam sesama manusia. Mereka lebih percaya kepada doktrin-doktrin yang menjauhkan mereka dari Tuhan dan sesamanya. Membenci tetangganya.
Bagaimana dengan orang yang sudah dibaptis dan dipersatukan dengan Yesus? Apakah melihat Tuhan yang hadir dalam diri-Nya? Apakah mereka sungguh percaya dan mengalami kuasa-Nya?
Jangan-jangan mereka itu dekat dengan Yesus seperti kaum Farisi dan Ahli Taurat, tetapi tidak melihat Dia. Apakah mereka sungguh melihat dengan imannya sehingga dosanya diampuni, lalu disembuhkan seperti orang lumpuh yang dibawa kepada Yesus?
Senin, 5 Desember 2022
