PANDEMI coronavirus atau covid-19 ini bukan hukuman Tuhan. Bagaimana meyakinkan orang yang berpandangan, bahwa itu hukuman Tuhan?
Paling bagus dengan menjelaskan gambaran tentang Allah sebagaimana dilukiskan dalam Kitab Suci, khususnya Perjanjian Baru.
Di sana akan ditemukan gambaran, bahwa Allah adalah Kasih. Dan berkaitan dengan manusia, Allah hanya memiliki satu rencana saja. Yakni, keselamatan seluruh umat manusia dan alam semesta.
Jika semua yang buruk seperti perang, bencana, pengkhianatan, kekerasan rumah tangga, wabah-pandemi covid-19 itu tidak berasal dari Allah, namun apakah Allah tetap memberikan peringatan sebelum semua bencana datang?
Bisa dikatakan begitu. Allah sudah menyampaikan ajaran dan pedoman tentang bagaimana harus hidup: saling mengasihi bahkan mengasihi musuh. Bukan hanya memberi pengajaran, Allah sendiri dalam Yesus Kristus sudah mempraktikkan ajaran kasih tersebut.
Semua itu merupakan petunjuk dan peringatan dari Allah agar manusia dapat hidup dengan baik.
Tiga sikap dasar: iman, harapan dan kasih
Ketiganya berkaitan erat. Contoh, harapan ditopang oleh iman dan kasih. Kasusnya pada era modern saat, banyak orang sudah mulai jauh dari hidup menggereja, sudah tidak percaya dgn penyertaan Tuhan.
Lalu apakah ketika harapan itu tetap ada di dalam diri orang tersebut, dia masih bisa dibilang memiliki iman dan kasih?
Harapan, kasih dan iman berkaitan satu sama lain. Tentu saja ini hanya berlaku bagi orang beragama. Orang yang tidak percaya pada Tuhan lagi tentu tidak punya iman.
Orang ateis (tidak memiliki iman) kiranya juga memiliki kasih dan harapan. Ada orang ateis yang baik sekali dan penuh semangat dalam hidup. Berapa besar kasih dan harapannya, padahal tanpa iman, itu misteri.
Sebagai orang beriman, kita mengatakan dengan iman, maka kasih dan harapan akan menjadi makin kuat.
PS: Artikel ini diambil dari perbincangan antarsahabat di sebuah grup WA Katolik.