Home BERITA Imlek di Gereja Stella Maris Paroki Siantan, Pontianak

Imlek di Gereja Stella Maris Paroki Siantan, Pontianak

0
Perayaan Imlek di Paroki Stella Maris Siantan, Pontianak (Br. Bernardinus Sukasta MTB/Siantan)

TAHUN Baru Imlek 2570 jatuh pada hari Selasa, 5 Februari 2019.

Semarak perayaan Tahun Baru Imlek 2570 di Kota Pontianak sudah terasa sejak satu pekan sebelumnya. Beberapa ruas jalan besar di dalam kota, seperti Jalan Gajah Mada, Jalan Diponegoro telah dihiasi dengan lampion warna merah, warna khas etnis Tionghoa.

Bahkan di jalan-jalan masuk  gang yang penduduknya sebagian besar juga etnis Tionghoa di daerah Siantan, Kecamatan Pontianak Utara seperti Jalan Harapan Jaya, Gang Medura di kiri kanan jalan dipenuhi dengan lampion dengan berbagai bentuk dan ukuran.

Perayaan Ekaristi merayakan tahun baru Imlek di Gereja Stella Maris Paroki Siantan, Pontianak.

Masyarakat menyalakan  kembang api dan mercon  pada  tengah malam menjelang Tahun Baru Imlek dan baru akan berakhir menjelang pagi.

Perayaan tahun baru Imlek berlansung selama lima belas hari. Di awali dengan malam sambut Tahun Baru Imlek dan berakhir pada hari ke-15 yang disebut dengan _erayaan Cap Go Meh. Selama masa tersebut sanak famili dan  kerabat berkumpul dan kenalan saling mengunjungi. 

Tarian pengantar misa.

Misa Imlek

Umat Katolik dari etnis Tionghoa Paroki Stella Maris Kecamatan  Pontianak Utara, sedikit di luar kota,  membuka perayaan Tahun Baru Imlek 2570 dengan Perayaan Ekaristi, pada hari Rabu, 5 Maret 2019 di gereja paroki, pada pukul 08.00 pagi.

Satu hari sebelumnya, umat dari kalangan Tionghoa menghias gereja dengan pohon Mei Hwa di kiri dan kanan altar serta memasang lampion berbentuk bulat warna merah dengan berbagai ukuran dan  lampion berbentuk buah nanas warna merah dan kuning di kiri dan kanan serta di atas tempat duduk umat.

Perayaan Ekaristi diawali dengan perarakan yang diiringi  tarian etnis Tionghoa.

Tiga imam mengenakan kasula warna merah. Pastor paroki takni Romo Kornelius Kuli Keban MSC menjadi Konselebran utama. Perayaan Ekaristi pagi itu diiringi oleh koor dari etnis Tionghoa dengan bahasa Mandarin.

Persembahan dengan aksesori baju serba merah.

Umat yang sebagian besar dari etnis Tionghoa ini rata-rata berbusana dengan nuansa  warna merah.

Bersyukur

Dalam kotbahnya, Romo Kornelius Kuli Keban MSC mengajak umat untuk bersyukur atas rahmat yang telah diterima selama tahun sebelumnya.

Dijelaskan pula bahwa dalam iman Katolik, kita percaya bahwa Tuhan mengasihi masing-masing umat-Nya dalam segala situasi kehidupan; yang menyenangkan, membahagiakan maupun dalam situasi yang mengecewakan dan menyusahkan.

Koor dengan lagu-lagu Mandarin.

Semua itu  sebagai sarana Tuhan mengasihi manusia.

“Kita berkumpul untuk bersyukur karena Tuhan selalu menyertai hidup kita dalam suka dan duka, dalam keberhasilan maupun dalam  kegagalan,” ungkapnya.

“Tahun yang telah kita lalui adalah tahun berkat, meskipun kadang kala kita  merasa tidak berdaya dalam menhadapi situasi hidup, namun Tuhan tetap mengasihi kita, maka perlu disyukuri dengan hati gembira, sambil berharap bahwa tahun yang akan datang kehidupan menjadi semakin baik,” lanjutnya.

Berbagi kegembiraan

Sebelum berkat penutup, panitia perayaan Imlek membagi bingkisan  kepada seluruh umat yang hadir. Masing-masing umat mendapatkan satu bingkisan berisi jeruk dan angpao.

Aloysius Edy Joni, orang yang sudah sepuh dan dituakan di  komunitas etnis Tionghoa Paroki Stella Maris Siantan, menjelaskan arti buah jeruk dan pernak-pernik hiasan bernuansa Imlek.

  • Buah jeruk dalam bahasa Hokkian disebut ‘chi zhe’ berarti buah pembawa ‘rezeki’.  Kata  ‘chi’ artinya rejeki, dan ‘zhe’ artinya buah.
  • Lampion berbentuk buah nanas dengan mahkota, mengingatkan bahwa teruslah berusaha (mahkota nanas ditanam kembali).
  • Dijelaskan pula bahwa lampion bulat berwarna merah dengan lampu di dalamnya, simbol pengharapan bahwa tahun yang akan dilalui membawa keberuntungan, rezeki serta kebahagiaan.
  • Secara keseluruhan warna merah dan kuning mas yang juga menjadi warna pada daun dan bunga mei hwa memiliki arti kebahagiaan dan keberuntungan.

“Pernak-pernik ini: lampion, pohon mei hwa, angpao, dengan dominasi warna merah dan kuning keemasan merupakan doa dan harapan kepada Tuhan agar di tahun ini, kita semua diberikan rahmat kebahagian, diberikan kelancaran usaha dan rahmat kesehatan,” demikian Aloysius Edy Joni mengakhiri penjelasannya.

Mendapat tempat di Gereja

Ketua Panitia Perayaan Ekaristi menyambut tahun baru Imlek 2570, Timoteus Feriady, mengucapkan banyak terimakasih kepada pastor paroki dan dua pastor tamu karena telah bersedia memimpin Ekaristi pada awal tahun baru imlek 2570.

“Atas nama umat dari etnis Tionghoa Paroki Stella Maris bersyukur dan mengucapkan terima kasih, kepada pastor dan semua umat yang hadir dalam perayaan Ekaristi ini, kami merasa bahagia,” katanya.

Regina Juping salah satu warga salah satu kring di Paroki Stella Maris Siantan Pontianak merasa bahagia dan bersyukur karena pastor mendukung dan memberikan ruang serta kesempatan umat etnis Tionghoa merayakan Imlek dengan Misa Kudus.

“Saya merasa bahwa ini salah satu bentuk dukungan kepada kami. Yakni, diperbolehkan menghias gereja dengan nuansa etnis Tinghoa, kami terpacu untuk lebih aktif lagi dalam hidup dan kegiatan-kegiatan menggereja, terutama kami perlu melibatkan kaum muda,” tuturnya. 

Imlek di Gereja Stella Maris Paroki Siantan, Pontianak

Gong Xi Fa Cai

Pada akhir perayaan Ekaristi pastor Kornelius Kuli Keban MSC  mengucapkan  “Selamat Tahun Baru Imlek 2570,semoga Tuhan memberikan rahmat kebahagiaan kepada kita semua. Gong Xi Fa Cai. Selamat sejahtera.

“Jangan lupa melibatkan kaum muda, mana yang muda-muda kok tidak nampak,” sambungnya.

Perayaan Ekaristi kudus ditutup dengan berkat penutup. Acara dilanjutkan dengan pertunjukkan tarian Barongsai dan tarian Naga Liong di halaman depan gereja.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version