Home BERITA In Memoriam Mgr. Hieronymus Herkulanus Bumbun OFMCap: Angka Keramat 7 dalam 87...

In Memoriam Mgr. Hieronymus Herkulanus Bumbun OFMCap: Angka Keramat 7 dalam 87 Tahun Hidupnya (3)

0
Para uksup dan puluhan imam dan Saudara Kapusin dalam misa requiem untuk almarhum Mgr. Hieronymus Herkulanus Bumbun OFMCap. (Komsos KAP)

USKUP Emeritus Keuskupan Agung Pontianak, Mgr. Hieronymus Herkulanus Bumbun OFMCap akrab dengan nama panggilan Mgr. Bumbun. Hari Kamis tanggal 3 Oktober 2024 kemarin, jenazahnya dimakamkan. Tempat peristirahatan terakhir beliau ada di Pemakaman Katolik St. Yusup, Sei Raya, Pontianak.

Sebelum dibawa ke pemakaman, diadakan misa requiem. Dipimpin oleh Uskup Keuskupan Agung Pontianak Mgr. Agustinus Agus. Didampingi Mgr. Pius Riana Prapdi (Keuskupan Ketapang), Mgr. Valentinus Saeng CP (Keuskupan Sanggau), dan Mgr. Kornelius Sipayung OFM Cap (Keuskupan Agung Medan); beserta puluhan imam yang berkarya di Keuskupan Agung Pontianak.

Orang besar yang luar biasa

Mgr. Agustinus Agus menggantikan Mgr. Bumbun sebagai Uskup Keuskupan Agung Pontianak sejak tanggal 3 Juni 2014. Dalam homili dan kata sambutannya, Mgr. Agus memberi syering tentang sosok almarhum Mgr. Bumbun yang dijulukinya “orang yang luar biasa istimewa”.

Istimewa juga bagi Mgr. Agus sendiri. Karena Mgr. Bumbun inilah yang menahbiskan dia menjadi seorang imam diosesan Keuskupan Sintang. Itu terjadi tanggal 6 Juni 1977.

Ketika Mgr. Agus ditahbiskan menjadi Uskup Keuskupan Sintang tanggal 6 Februari 2000, Mgr. Bumbun bersama Mgr. Renzo Fratini (Nuntio Apostolik untuk Indonesia) menjadi Uskup Penahbis Pendamping. Mereka berdua mendampingi Uskup Keuskupan Agung Jakarta Julius Kardinal Darmaatmadja SJ sebagai Uskup Penahbis Utama.

Homili dan sambutan Uskup Keuskupan Agung Pontianak: Mgr. Agustinus Agus dalam misa requiem untuk almarhum Mgr. Bumbun OFMCap. (Komsos KAP)

Angka keramat 7

Angka 7 bisa disebut angka keramat atau sakti bagi Mgr. Bumbun.

  • Mgr. Bumbun dilahirkan sebagai anak ketujuh dari 17 bersaudara. Ia lahir tanggal 5 Agustus 1937 di Menawai, Sekadau, Kalimantan Barat.
  • Ia menjadi orang Dayak pertama yang ditahbiskan menjadi imam pada tanggal 27 Juli 1967.
  • Pada tanggal 19 Desember 1975, ia ditunjuk menjadi Uskup Auksilier Pontianak dengan gelar Uskup Tituler Capra.
  • Pada 27 Mei 1976, ia ditahbiskan menjadi uskup oleh Uskup Penahbis Utama: Kardinal Justinus Darmojuwono (Keuskupan Agung Semarang) bersama dua Uskup Penahbis Pendamping Mgr. Gabriel Willem Sillekens CP (Keuskupan Ketapang) dan Mgr. Alfred Gonti Pius Datubara OFMCap (Keuskupan Agung Medan).
  • Pada tanggal 26 Februari 1977, Mgr. Bumbun ditunjuk menjadi Uskup Keuskupan Agung Pontianak.
  • Almarhum Mgr. Bumbun menjabat Uskup Keuskupan Agung Pontianak selama 37 tahun.
  • Mulai dirawat di RS St. Antonius Pontianak sejak tanggal 14 Juli 2024.
  • Menerima Sakramen Orang Sakit pertama pada tanggal 29 Juli 2024; diberikan oleh Vikjen Keuskupan Agung Pontianak Pastor William Chang OFMCap.

Meninggal di hari perayaan santo pelindungnya

Mgr. Bumbun tidak meninggal pada tanggal dengan angka 7. Tetapi lebih luar biasa dari itu: almarhum meninggal tepat di hari pesta Santo Herkulanus, santo pelindungnya.

Semua rahmat keistimewaan ini berkat kebesaran iman dan ketulusan pelayanan Mgr. Bumbun selama hidupnya.

Misa requiem untuk Uskup Emeritus Keuskupan Agung Pontianak: Mgr. Hieronymus Herkulanus Bumbun OFMCap. (Komsos KAP)
Misa requiem untuk Mgr. Bumbun OFMCap. (Komsos KAP)

Uskup yang tangguh dan penyayang anjing

Mgr. Bumbun merupakan pribadi yang tenang dengan suara yang cenderung datar. Rasanya tidak pernah terlihat emosi yang meluap-luap pada penampilannya selama hidup. Selain tenang dan sederhana, Mgr. Bumbun terkenal sangat tangguh staminanya.

Ada tiga kenangan penulis tentang Mgr. Bumbun.

Penulis ingat cerita dari teman yang dulu sering ikut Mgr. Bumbun saat beliau pergi mengunjungi Gua Maria Toho. Waktu itu, kondisi lokasi peziarahan rohani tersebut belum dibangun menjadi seperti sekarang ini.

Teman tersebut saat itu masih berusia 20-an. Beserta kawan lain, ia mengaku kesulitan dalam mengimbangi kecepatan jalan Mgr. Bumbun. Mereka keteteran. Mereka angkat topi alias kagum berat dengan stamina Mgr. Bumbun yang tak terlihat lelah walau menempuh perjalanan jauh.

Hal lain yang sangat mengesankan penulis adalah kedekatan Mgr. Bumbun dengan semua anjing peliharaannya.

Kemana pun Mgr. Bumbun melangkah akan tampak satu atau dua ekor anjing -bahkan kadang lebih- yang setia mengikutinya. Bahkan pernah anjing tersebut ikut hadir di altar waktu Mgr. Bumbun memimpin perayaan ekaristi di Gedung Pasifikus. Waktu itu tempat tersebut dipakai menjadi gereja sementara, ketika Gereja Katedral sedang dibangun.

Segera ada petugas yang membawa anjing tersebut turun dari altar, diiringi tawa tertahan di antara para umat yang hadir waktu itu.

Kisah teguran kepada kepala sekolah

Hal berkesan ketiga terjadi, ketika penulis masih kelas dua di sebuah SMA katolik ternama saat itu.

Saat itu ada sanksi hukuman sekolah terhadap beberapa teman angkatan penulis. Beberapa murid kena skorsing. Bahkan ada satu teman sampai dikeluarkan dari sekolah. Hanya gara-gara bercanda, saat berlangsung upacara 17 Agustus.

Walaupun tidak kenal langsung pribadi beliau, penulis bersama dua teman lain datang mengadu ke Mgr. Bumbun dalam kapasitasnya sebagai pimpinan umat Katolik tertinggi di Kalimantan Barat.

Mengadu, karena merasa pimpinan sekolah yang terkenal galak itu dirasakan kurang adil dalam memberikan hukuman berat. Berupa keputusan mengeluarkan murid sekolah hanya karena sebuah “kesalahan” berupa aksi candaan seperti itu.

Tanpa banyak protokoler, Mgr. Bumbun mau menerima kedatangan dan mendengarkan keluhan dengan sabar dan -masih seperti biasa- tidak banyak bicara. Namun keputusan pengeluaran teman penulis tetap terjadi. Ia terpaksa pindah ke sekolah yang lebih rendah reputasinya waktu itu.

Tetapi rupanya Mgr. Bumbun ada menegur pimpinan sekolah tersebut, karena hari-hari berikutnya malah terjadi aksi “pembalasan”.

Beberapa hari setelah pengaduan ke keuskupan, kepala sekolah tersebut datang masuk kelas kami. Tanpa banyak ba-bi-bu, kepsek itu langsung berkata-kata keras. Ia mengomeli kelas penulis yang saat itu agak ribut, karena ada guru tidak masuk.

Lebih parah lagi, ia juga menghukum penulis lewat guru pengampu pelajaran Pendidikan Moral Pancasila. Dilakukannya dengan memberi nilai merah di rapor sementara tengah semester. Untunglah, nilai-nilai ujian berikutnya kembali normal, sehingga tidak berpengaruh pada nilai akhir rapor.

Tenang dan sederhana, tapi bisa tegas

Mgr. Bumbun selalu bicara dengan nada yang hampir selalu datar dan tidak tergesa-gesa. Hidupnya sangat sederhana; tidak pernah tampak mengenakan atribut kemewahan.

Ia tetap tinggal di keuskupan lama yang begitu jomplang, kalau dibandingkan dengan megahnya gedung Katedral Pontianak setelah direnovasi total.

Vikjen Keuskupan Agung Pontianak: Pastor William Chang OFMCap. (Komsos KAP)

Pertemuan 10 tahun silam

Pertemuan terakhir penulis dengan Mgr. Bumbun terjadi 10 tahun lalu. Terjadi ketika penulis bersama tim fasilitator Ehem Yayasan Bhumiksara diundang Mgr. Agus untuk mengadakan lokakarya kepemimpinan berintegritas bagi para imam Keuskupan Sintang. Ketika ke Pontianak, tim Ehem datang sowan ke keuskupan dan diterima dengan ramah oleh Mgr. Bumbun.

Tempat tinggal Mgr. Bumbun waktu itu tampak begitu bersahaja.

Mgr. Hieronymus Herkulanus Bumbun OFMCap saat masih muda belia. (Komsos KAP/Arsip Ordo Kapusin Pontianak)

Walaupun selalu tampak tenang, Mgr. Bumbun bisa menunjukkan keberanian dan ketegasannya. Waktu itu ada demonstrasi yang dipimpin seorang tokoh Katolik. Ia sebelumnya menjabat pimpinan perguruan tinggi Katolik, tetapi kemudian dicopot jabatannya. Orang tersebut mengklaim hak kepemilikan dan meminta ganti rugi.

Mgr. Bumbun dengan tenang menghadapi para pendemo yang dengan keras protes dan meminta agar jabatan orang tersebut dipulihkan. Mgr. Bumbun tegas menolak tuntutan tersebut dan akhirnya masalah tersebut akhirnya terselesaikan dengan baik.

Selamat jalan Mgr. Bumbun. Doakan kami yang masih mengembara di dunia supaya bisa kuat, tenang, dan tangguh.

Requiescat in pace et vivat ad vitam aeternam.

Kredit: Komsos Keuskupan Agung Pontianak, Arsip Ordo Kapusin Pontianak

Baca juga: Requiem untuk Mgr. Hieronymus Herkulanus Bumbun OFMCap (2)

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version