SELAMAT jalan, Bapak dan Gembala.
November 2008 pertama kali kita bersua. Saat itu, pertama kali kupijak kakiku di Ranah Minang, Keuskupan Padang. Menjalani tugas sebagai misionaris Fidei Donum.
Terasa banget kasih kegembalaan yang keluar dari hati yang terpancar melalui wajah dan kata-kata peneguhan.
Kuteringat kata-kata pertama itu: “Taburlah dan teruslah menabur. Biarkan Allah yang mengatur pertumbuhannya. Soal menikmati buah karya itu urusan Tuhan. Bersyukurlah bahwa jika ada buah karya yang kaunikmati. Tapi kalau buahnya orang lain yang menikmati juga haruslah kau bersyukur.”
Kadang ada cemeti yang Bapak cambukkan kepadaku, melalui teguran keras, tapi penuh cinta.
Tapi juga banyak hadiah indah yang menguatkan, menggembirakan dan meneguhkanku dalam berkarya di medan sulit Paroki Sikakap, Kepulauan Mentawai.
Ada banyak pengalaman indah bersamamu Bapakku terkasih, terutama saat bersamamu ke kampung-kampung di Paroki Sikakap.
Satu hal yang kubelajar darimu bapakku terkasih: “Hampir semua orang bapak kenal dan memanggil dengan nama.”
Dan bapak mengajak kami para imam juga mengenal umat dan memanggil dengan nama.
Bapak dan gembalaku…
Sukacita dan kegembiraan selalu menjadi warna dasar dalam setiap perjumpaan dengan para imam dan umat.
Karena itu, biarpun sakit mendera, bapak tidak mau orang lain mengetahuinya. Bapak selalu penuh kegembiraan, walau ragamu didera sakit.
Bapakku terkasih…
Terima kasih untuk kasih kegembalaanmu yang telah kualami selama lima tahun ada dalam kasih kegembalaan dan kepemimpinanmu.
Terima kasih untuk pelajaran berharga yang kuterima darimu.
Selamat jalan bapak dan gembalaku …
Doakan kami dari surga
Ya Yesus Kristus Gembala Agung
Terimalah bapak dan gembala kami
Dalam surga abadi-Mu.
#sedihkehilanganbapakdangembala