Home BERITA In Memoriam Pastor Dion Sareng SVD: Sulitnya Jadi Pastor, Berkali-kali Ditolak

In Memoriam Pastor Dion Sareng SVD: Sulitnya Jadi Pastor, Berkali-kali Ditolak

0
RIP Romo Dion Sareng SVD di Kupang.

TENTANG giliran kematian, kita tidak pernah tahu pasti kapan ia akan datang menghampiri kita. Kapal kematian bisa datang kapan saja, tanpa surat pemberitahuan, menjemput siapa saja: tua, muda, bayi, orang saleh, orang “suci”, penjahat, orang kaya, kaum elit atau pun kaum miskin.

Kematian datang menggulung kehidupan manusia dan menyapu segala mimpi, cita-cita dan rencana manusia yang muluk-muluk hingga tak terbekas.  Karena itu, tidaklah heran manusia selalu menyebutnya sebagai sesuatu yang misteri.

Yesus sendiri mengibaratkannya dengan pencuri. Ya, kematian memang seperti pencuri lantaran ia datang tanpa pemberitahuan dan mencuri hidup kita dan melemparkannya ke dalam perut bumi. Kematian mau memberitahu kepada kita bahwa hidup itu rapuh dan singkat. 

Teman seangkatan meninggal dunia

Sore tadi, sekitar pukul 19.00 waktu Chile  di Amerika Latin dan setelah membaptis seorang anak di gereja, saya membuka handphone dan melihat sebuah pesan singkat berlabuh di kotak masuk.

Isi pesan itu tentang kapal kematian yang tiba-tiba datang menjemput saudara dan teman seperjuangan kami: Pastor Dion Sareng SVD.

Dion adalah seorang imam muda Serikat Sabda Allah (SVD). Usia imamatnya belum genap dua tahun, namun kapal kematian telah datang menjemputnya terlalu dini di dermaga kehidupan.

Almarhum Pastor Dion Sareng,SVD adalah seorang saudara dan teman kelas yang sangat baik, ramah dan selalu bersedia membantu sesama. Ia adalah seorang imam yang memiliki kemampuan dalam dunia elektronik dan desain. 

Perjalanan panggilan

Almarhum Pastor Dion Sareng SVD menyelesaikan pendidikannya di Seminari Mataloko, Ngada, NTT. Setelah tamat dari Mataloko, Dion sempat tertunda untuk mengikuti jenjang formasi selanjutnya lantaran alasan kesehatan.

Pada tahun 2007 Dion melanjutkan formasi pendidikan calon imam di Novisiat SVD St. Yosef Nenuk, Atambua, Timor.

Tahun 2015 di bulan Agustus 2009 bersama teman-temannya, Dion diperkenankan untuk mengikrarkan kaul pertama dalam SVD.

Tahun 2009 sampai 2013, Dion belajar filsafat dan teologi di STFK Ledalero. Setelah menyelesaikan strata satu dalam filsafat, Dion diutus untuk menjalankan tahun orientasi pastoral (TOP) di Keuskupan Agung Merauke.

Belajar menjadi orang Papua

Di sana, Dion berbaur dan melebur ke dalam kultur Papua dan bergaya pula seperti saudara-saudaranya yang asli Papua.

Selama satu setengah tahun menjalani masa TOP, Dion belajar banyak hal; termasuk menyetir mobil.

Akhir tahun 2014,Dion kembali ke Ledalero mengikuti formasi lanjutan mempersiapkan diri untuk pengikraran kaul kekal dalam SVD dan melanjutkan kuliah magister teologi kontekstual di STFK Ledalero.

Tanggal 15 Agustus 2015 Dion bersama teman-teman mengikrarkan kaul kekal dalam SVD.

Pada 2 Juni 2018 Dion ditahbiskan menjadi dikaon di Ledalero dan 1 Oktober 2018 Dion ditahbiskan menjadi imam di Nenuk, Atambua.

Setelah ditahbiskan menjadi imam, Dion langsung dikirim oleh pimpinan Provinsi SVD Timor untuk menjadi mengikuti kursus formator di Jawa. Setelah menyelesiakan kurusus tersebut Dion dipercaya menjadi formator bagi para Novis SVD di Novisiat SVD St. Yosef Nenuk, Atambua.

RIP Pastor Dion Sareng SVD.

Kokoh dalam panggilan    

Pastor Dion Sareng SVD memiliki banyak sekali tantangan untuk menjadi murid Yesus di dalam SVD.

Pertama, ia sempat tertunda masuk Novisiat, karena alasan kesehatan. Namun, semangat Dion tidak pernah pupus. Ia tetap berjuang dan Tuhan membukankan jalan baginya.

Tahun 2007 Dion diperkenankan masuk Novisiat SVD dan perjalanan panggilan itu mulus sampai menyelesaikan formasi Novisiat Kekal.

Kedua, menjelang detik-detik kaul kekal, Dion dihantam oleh “badai sakal” yang cukup keras. Lamarannya ke tiga negara penerima pastor misionaris dari Indonesia ditolak “mentah-mentah” oleh pemimpin tertinggi SVD di Roma.

Dewan pimpinan SVD Roma meminta Dion untuk bermisi di tanah kelahirannya di Timor.

Dion stres, galau berat, dan protes keras. Ia sempat berpikir untuk mengundurkan diri dari SVD, menjelang detik-detik kaul kekal. Ia mengirim email kepada Pastor Paul Budi Kleden SVD di Roma meminta alasan Dewan di Roma yang tidak mengabulkan lamarannya.

Pastor Budi Kleden  SVD membalas emailnya bahwa itu adalah keputusan “Roh Kudus”.

Dion lemah. Tapi, protesnya tak pernah surut. Ia tetap “berontak.”

Jawaban Pastor Budi yang belum memuaskan hati Dion membuat Dion mencari jalan lain. Ia akhirnya mengadu kepada ayah dan ibu tercinta di Besikama, Malaka.

“Saya tidak pernah melamar ke Provinsi SVD Timor, tapi mereka mengirim saya kembali ke Timor,” kata almarhum.

“Anak, setiap tahun kalau mau pulang libur ke rumah (Timor) kau senang sekali. Mengapa ketika kamu diutus kembali ke Timor kamu tidak bahagia?,” ujar Bapak Rene Sareng.

Kalimat sang ayah itu langsung mampu membuat Dion berbalik begitu cepat dari jurang stres dan kegalauan kepada kegembiraan.

Dion akhirnya menerima dan berbahagia dengan misi pengutusannya itu.

Ketiga, menjelang tahbisan diakon, Dion mendapat tantangan baru yang jauh lebih keras. Ia tidak diperkenankan untuk ditahbiskan menjadi diakon bersama teman-teman seangkatannya.

Dion kembali stres, galau dan tentu saja putus asa. Tapi, Dion tetap kuat dan tabah menjalani panggilannya.

Setahun kemudian Dion akhirnya ditahbiskan menjadi daikon bersama adik-adik kelas.

Keempat, menjelang hari tahbisan imamatnya, kapal kematian datang menjemput ibunda tercinta.

Nasib Dion ibarat sudah jatuh tertimpa tangga pula. Tapi, Dion tetap berdiri kokoh menerima dan memikul salib itu hingga mencapai puncak panggilan sucinya, yaitu urapan imamat suci.

Ia tabah dan kokoh seperti Perawan Maria menemani Sang Putera di Jalan Salib menuju Bukit Golgota. 

Kematian, kelahiran baru

Sekalipun kapal kematian itu datang menggulung kehidupan manusia, namun bagi kita kaum beriman yang percaya kepada Yesus, Tuhan, kematian adalah cara di mana Allah melahirkan kita secara baru ke dalam Kerajaan-Nya, tempat asali kita.

Bagi kita yang percaya kepada Yesus, kedatangan kapal kematian bukannya menggulung dan menghancurkan hidup kita ke dalam kegelapan di bawah perut bumi. Melainkan kapal kematian itu datang hendak menjemput kita ke dalam rumah abadi yang telah dipersiapkan oleh Yesus sendiri di dalam lingkaran Kerajaan Allah.

Dalam nama Yesus Tuhan yang telah bangkit itu, kami sungguh yakin bahwa kapal kematian itu telah membawa Pastor Dion Sareng SVD ke dalam rumah abadi dalam Kerajaan Allah. 

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version