PADA hari Minggu sore, jenasah Pastor Herry Merung MSC dibawa ke Biara MSC Paal 3 atau Paroki Karombasan tempat beliau menjalani masa lanjut usianya. Misa dipimpin oleh Pastor Mengko, satu – satunya yang masih tersisa dari “Triple M”: Moningka, Merung, dan Mengko.
Pastor Moningka MSC sudah meninggal lebih dulu di Jakarta, ketika beliau menjaga Pastor Herry Merung yang waktu itu sakit dirawat di RS Sint Carolus. Yang menjaga malah dipanggil Tuhan lebih dulu, sedangkan yang dijaga masih bisa sehat dan pulang ke Manado. Ini ternyata agar ia bisa meninggal di RG Gunung Maria dimana selama 14 tahun lamanya, almarhum Pastor Herry Merung MSC menjadi Rektor Rumah Sakit itu.
Pastor John Mengko memimpin Ekaristi didampingi oleh Bapak Uskup Keuskupan Manado Mgr. Jos Suwatan dan Uskup Terpilih Mgr. Rolly Untu, serta Romo Provinsial MSC P. Johny Luntungan MSC.
Pastor Mengko memimpin Misa dengan suara lantang, menyanyi juga masih kuat dan bagus. Pakaian liturgi berwarna putih dan dinyanyikan pula Kemuliaan karena Pastor Mengko ingin melaksanakan pesan dari rekan seangkatannya itu bahwa misa requiem untuk almarhum Pastor Herry MSC haruslah bergembira dan bersyukur.
Pastor Mengko mengatakan bahwa Pastor Herry ingin mengingatkan kepada kita tentang makna kematian kristiani yang penuh iman dan kegembiraan. Itu terjadi berkat keselamatan yang sudah dianugerahkan oleh wafat Kristus di kayu salib dan kebangkitan-Nya dengan mulia.
Bacaan yang dipilih juga tentang Madah Kasih dari I Kor 13: 1–13 dan dari Injil Yohanes tentang pertanyaan Yesus kepada Petrus sampai tiga kali apakah Petrus mengasihi-Nya.
Mgr. Rolly yang membaca Injil baru saja selesai dan masih berdiri di mimbar didampingi para misdinar, Pastor Mengko sudah langsung bicara dari altar. Ini menimbulkan kesan bahwa terasa sekali misa itu tidak usah lama–lama, harus cepat selesai dan Pastor Mengko juga tidak berkhotbah sesuai dengan pesan almarhum Pastor Herry.
Kalo Pastor Mengko malakukan seperti yang dilakukan Pastor Berty, yaitu bersharing, mungkin Pastor Mengko bisa bicara lama, bahkan lebih lama dari Pastor Berty. Itu karena pengalaman kebersamaannya dengan Pastor Herry berlangsung sejak di seminari kecil dan pernak-pernik itu sangat banyak.
Untunglah Pastor Mengko tidak melakukan itu, sehingga misa requiem bisa selesai kurang dari satu jam.
Setelah berakat penutup dinyanyikan lagu bahasa Tombulu berjudul: Nikomokan Sigumenanglah yang memang diminta oleh almarhum Pastor Herry Merung supaya dinyanyikan oleh para imam sambil mengelilingi peti jenasah.
Syair lagunya dalam bahasa Indonesia, artinya seperti ini:
kalau aku jahat padamu
Semurni matahari, demikian tulusnya hatiku
Cobalah kau ingat – ingat
Cintaku padamu
Jangan pernah dilupakan, seolah terlipat dalam saputangan
Di mana terlukis nama kita
Benamkanlah ingatan
Dia yang cinta padamu
Jika aku jahat padamu
Engkaulah yang menilainya.
Itulah pegangan pemersatu
Dari Dia yang mengasihimu.
Pesan terakhir sehari sebelum meninggal
Selesai misa diputar video sehari sebelum Pastor Herry meninggal. Pesan itu disampaikan ketika beliau masih duduk di kursi dalam keadaan sehat dan menyampaikan pesan–pesan karena beliau merasa waktunya sudah dekat untuk pergi menghadap Tuhan.
Seorang umat yang mendengarkan pesan–pesan itu dan melihat keadaan Pastor Herry masih kuat dan sehat, maka diam–diam ia merekamnya dengan smart phone karena ia pikir supaya pesan itu nanti tidak dilupakan, mengingat barangkali Pastor Herry masih lama hidup.
Ternyata beliau meninggal sehari kemudian yang membuat si perekam juga terkejut bahwa perjumpaan itu adalah yang terakhir. Jadi semua yang berada dalam Gereja itu bisa menyaksikan Pastor Herry yang masih sehat dan menyampaikan pesan–pesan terakhirnya dan serentak sudah menghadap jenasah Pastor Herry di depan Altar, sebuah perasaan yang tercampur aduk karena betapa cepat dan mudah Pastor Herry pergi ke rumah Bapa hampir tanpa sakit atau dalam keadaan koma.
Sepertinya pernah yang terjadi sebelumnya. Pada hari Sabtu tanggal 1 Juli 2017 pukul09.00 pagi di Kapel Seminari Pineleng tengah berlangsung Perayaan Ekaristi untuk tahbisan imam Pastor Frits Ponomban MSC. Ia sudah mendapatkan tahbisan diakonatya di Jepang dan akan bertugas kembali di Jepang.
Saat itu pula juga tengah berlangsung tahbisan 13 diakon. Ketika itu, kondisi Pastor Herry yang sudah berada di RS Gunung Maria mulai menurun dan langsung ngedrop. Dan ketika misa tahbisan diakonat yang berlangsung di Seminari itu akhirnya selesai pukul 13.00, Pastor Mengko mengatakan kepada saya di ruang perjamuan makan: “Tadi itu, Pastor Herry sudah pergi.”
Ternyata barulah kemudian kami tahu bahwa waktu persisnya beliau meninggal adalah pukul 12.38. Dan saat itu memang kira–kira terjadi ketika berkat penutup dan berkat imam baru, juga dari Bapak Uskup, para imam dan seluruh umat telah dilaksanakan.
Pastor Herry melihat dari kejauhan – seperti Musa melihat Tanah Terjanji dari kejauhan dan meninggal – bahwa di Seminari Pineleng sedang ditahbiskan tunas –tunas muda dalam panggilan dan beliau boleh pergi dengan tenang ke rumah Bapa.