SAYA bersyukur kepada Tuhan karena pernah boleh mengenal Pastor Melki Tore MSC, seorang imam dan gembala umat yang kreatif. Juga sangat total dalam bekerja, selalu mau belajar dan mencoba hal-hal baru, dan memiliki hal-hal baik yang ditinggalkan di tengah umat.
Pastor Melki suka menggerakkan umat untuk terlibat. Aktivitas OMK di Paroki Kampung Duri di Jakarta Barat adalah contoh yang sangat nyata.
Pastor Melki sudah menjadi bagian dari cerita-cerita kami, ketika saya masih belajar di SMA Seminari Kakaskasen. Kami di tim ensemble suka mendengar cerita dari kakak kelas, bahwa ada suatu masa, siswa seminari ikut lomba musik di Jakarta dan seharusnya menang karena tampilan sangat bagus.
Namun, di akhir performance yang luar biasa, Pastor Melki yang waktu itu masih siswa malah membuat pukulan tambur tambahan di paling akhir. Jadi, menyolok kesalahannya.
Tahun 1990-an, ketika bekerja di KWI, saya menerima kontak dari Pastor Melki yang bercerita bahwa di Banggai, Sulawesi Tengah, beliau baru saja membangun gereja yang rusak parah karena dihantam gempa.
Pastor berterimakasih, karena KWI banyak mendukung pembangunan itu. Beberapa waktu kemudian, pastor berjalan kaki dari KWI ke kantor saya -sejauh hampir 1 km- mohon bertemu dengan pimpinan WVI untuk berterimakasih atas bantuan yang telah diterima.
Wah, pastor kreatif ini sangat luar biasa. Ia bersedia bersusah-payah mau ucapkan terima kasihnya langsung kepada pihak yang telah mendukung pelayanan pastoralnya Banggai.
Nama Pastor Melki terus kudengar, ketika saya menikah. Isteri sering bernostalgia bahwa Pastor Melki pernah membuat drama Natal atau Paskah yang bagus sekali, ketika almarhum masih bertugas sebagai Frater Pastoral di Paroki Stella Maris Bitung, Sulut.
Bayangkan kreativitasnya, sampai sekian tahun, drama itu masih membekas di antara sejumlah OMK. Ketika menemani isteri berkumpul bersama teman-temannya -misalnya Walkot Tomohon dan isterinya- mereka sangat sering bercerita tentang kreativitas Pastor Melki ketika masih muda belia sebagai Frater.
Saya beruntung bisa menjadi akrab dengan Pastor Melki ketika almarhum datang mengunjungi SMA Lokon di Tomohon. Saya, waktu itu menjabat Kepala Sekolah, dimintai sejumlah masukan, karena ternyata Pastor Melki MSC saat itu baru menangani sekolah di Jakarta.
Pastor juga mengundang saya untuk melihat sekolahnya bila berada di Jakarta. Ketika berkesempatan mengunjungi sekolahnya, Pastor sempat bergurau untuk bergabung. Dan ternyata hal itu terjadi beberapa waktu kemudian.
Ketika Pastor pindah ke Paroki Kampung Duri, saya masih dengan senang hati mendukungnya. Misalnya diminta melatih tim MRT Seksi Kerasulan Keluarga. Atau mengajar calon pasutri jelang perkawinan mereka atau mengajar calon baptis.
Sangat kreatif
Kesan saya pribadi, Pastor Melki ini sangat kreatif.
Dari kesederhanaannya, Pastor ingin menampilkan sesuatu yang khusus.
Di Gereja Santo Kristoforus Paroki Grogol, Pastor Melky berhasil memadukan kolintang dan angklung untuk mengiringi misa. Perpaduan ini sangat mengesankan.
Pastor juga melatih para ibu -yang kelihatannya baru mengenal kolintang- untuk menjadi tim pengiring yang saya kira juga andal.
Pindah ke Kampung Duri, Pastor membuat umat bergerak dan aktif. Saya suka memberi contoh bagaimana pastor mendorong OMK aktif di paroki.
Mulanya pastor mau menyediakan fasilitas internet gratis. Kemudian, ia juga bersedia menyiapkan meja pingpong dan lapangan bulutangkis.
Hampir setiap hari begitu banyak OMK datang ke sana.
Kisah yang juga menarik bagaimana pastor mendukung dan ikut menggerakkan Komunitas Kawanua Katolik (Kawkat) dan kemudian membina para personilnya di Jakarta secara luar biasa.
Terasa, ada kehilangan besar dengan kepergian pastor yang aktif, kreatif, dan mengumat ini.
Tentu, Pastor memiliki kekurangan.
Namun, semoga keutamaan dan kebaikannya bisa menjadi model pelayanan para gembala umat.
Sungguh benar bahwa almarhum Pastor Melki Tore MSC ini mengumat dan menjadi penggerak umat.
