Home BERITA In Memoriam Romo Karl Theodor Wolf SJ: Kronologi Meninggalnya (4)

In Memoriam Romo Karl Theodor Wolf SJ: Kronologi Meninggalnya (4)

RIP Romo Theo Wolf SJ

LEIBER Theo.

Wirklich eine Überraschung, du bist schnell gegangen, unerwartet. Astaga, betapa dirimu pergi terlalu cepat dan sungguh tak disangka-sangka.

Sungguh sangat mengejutkan, tidak seorang pun menduga bahwa engkau pergi begitu cepat. Mungkin engkau juga tidak menduga. Namun Tuhan sudah menyiapkan semua itu.

Sabtu pagi setelah diperiksa oleh Maya, perawat Emaus, sambil menikmati kursi pijat, engkau mengatakan pengin dicukur rambutnya. Maya segera menghubungi Wowok, sopir yang juga biasa mencukur Kardinal & para romo.

Beberapa saat kemudian engkau dipotong rambutnya. Jumat malam engkau menyempatkan diri menelpon kakak di Jerman, mungkin bercerita dan saling berbagi kabar. Entah mungkin pula ada cerita-cerita lucu, sebagaimana sering engkau mengisahkannya.

RIP Romo Karl Theodor Wolf SJ (1945-2021)

Minggu pagi, setelah misa dan sarapan, engkau sempat memutar kaset lagu-lagu Jerman masa lalu, lagu-lagu masa mudamu.

Diceritakan oleh Romo Andre, engkau sangat menikmati sambil menggerak-ngerakkan kepala. Diceritakan setelah itu, engkau duduk dan kesulitan untuk berdiri.

Dua perawat yang berjaga segera dipanggil, dan setelah mencoba membuatmu tenang lalu menuntun ke kamar. Romo Andre lalu segera menghubungi Maya, perawat kepala Emaus untuk datang.

Setelah dia datang, lalu memintamu ke rumah sakit dan engkau menolak, karena merasa biasa saja dan perlahan akan membaik. Maya merayu lagi, demi diagnosa lebih lanjut dan engkau bersedia. Perawat lain segera mengambil kursi roda dan Romo Andre mempersiapkan mobil.

Pada waktu engkau akan dipindahkan ke kursi roda, engkau terlihat lemas, sehingga sulit dipindahkan, sehingga harus sedikit diangkat.

Sepertinya ada serangan jantung ringan saat di kamar makan setelah mendengarkan lagu Jerman dan kemudian saat di kamar.

Serangan jantung yang lebih berat terjadi pertama saat dimasukkan ke mobil. Tiba-tiba engkau mengerang, wajahmu pucat dan kulitmu memerah.

Melihat itu, Maya yang menemanimu di dalam mobil segera mengusulkan kepada Romo Andre yang memegang setir untuk dibawa ke rumah sakit terdekat saja, karena khawatir kalau di bawa ke RS Elisabeth Semarang terlalu jauh, dengan segala risiko kalau ada serangan jantung lagi di jalan.

Mobil segera diarahkan ke RS Ken Saras, sekitar 2 km dari Girisonta.
Di RS Ken Saras saat diturunkan dari mobil engkau terlihat membaik, bahkan bisa berkomentar, “Sandalku tertinggal satu di mobil”.

Maya segera melihat memang satu sandal terlepas saat di mobil. Engkau dibawa ke IGD ditangani segera, diberi obat jantung, dan infus dobel. Kondisi membaik, malahan bisa bercanda.

Melihat perutmu membesar, mungkin karena pengaruh obat atau banyaknya cairan infus yang masuk, engkau malahan mengatakan, “Jangan-jangan ini perut besar karena tadi makan nasi uduk banyak”.

Memang, kita semua hari Minggu itu sarapan nasi uduk. Segera engkau bertanya kepada Maya yang mendampingi, bagaimana nanti kalau buang air kecil atau air besar.

Engkau sempat mengatakan syukur, “Syukurlah, tadi malam sempat tilpun Mbakyu”.

Maya mengatakan engkau menyebut jelas dengan kata “Mbakyu”. Kita tidak menduga apa maksud kata “syukur” itu tadi, baru kemudian kami menangkap ternyata itu tanda-tanda seakan sudah ada “perpisahan”.

Romo Theo Wolf SJ dan kakak kandungnya. (Dok. pribadi Romo Wolf SJ)
Almarhum Romo Karl Theodor Wolf SJ bersama kedua orangtuanya saat masih muda belia. (Istimewa)

Mengapa demikian?

Karena engkau mengatakan kata “syukur”, bukan cerita atau berita bahwa sebelumnya sudah nelpon kakak. Mungkin engkau tidak sempat bercerita skor pertandingan sepak bola Jerman malam Minggu.

Melihat kondisi membaik, kemudian diputuskan untuk rawat inap. Proses segera diurus. Sementara itu melihat agak sesak dalam bernafas, dokter memutuskan untuk dirongent.

Ketika masuk ke ruang rongent, terjadi lagi serangan kedua. Engkau muntah-muntah, yang segera membasahi wajahmu dan wajah perawat rumah sakit, tanganmu gemetar dan wajah pucat dan memerah lagi.

Engkau segera dilarikan lagi ke IGD. Berbagai peralatan dipasang, dan engkau kembali tenang. Maya menemani di sampingmu, sementara Romo Andre Juniko SJ kembali ke Girisonta untuk menyiapkan beberapa hal untuk rawat inapmu: pakaian, dsb, selain juga karena harus mengurus Romo lain yang sedang dirawat di RS Elisabeth Semarang.

Maya melihat kondisimu makin perlahan menurun. Engkau meminta Maya untuk mengelus-elus perutmu, dan tanganmu menggenggam erat tangan Maya, seakan mengerang, namun engkau tidak mengeluarkan suara, hanya genggaman tanganmu menekan tangan Maya.

Engkau menoleh kepada Maya, Maya mengajakmu berdoa dan pasrah kepada Tuhan. Engkau pun memalingkan mukamu ke Maya dan kemudian menutup mata.

Romo Andre lalu memutuskan jenazah dibawa pulang, dimandikan di Girisonta. Pengalaman sebelumnya dengan Romo Ardi yang juga serangan jantung ketika dibawa ke RS Ken Saras dan dimandikan di sana. Jadi begitu lama dan rumit, menjadikan Romo Andre memutuskan dibawa pulang.

Aku menyambutmu di Emaus, menunggui engkau dimandikan. Semuanya begitu mudah dan enak.

Jenazah Romo Wolf SJ usai dimandikan, diberi jubah dan kasula. (Ist)

Suster Agnes bersama tiga perawat Emaus memandikanmu tanpa persoalan berat, engkau begitu mudah digerakkan. Hanya memang persoalan agak sulit ketika memakaikan celana, sebab perutmu membesar.

Memang ketika memakaikan jubah dan kasula cukup rumit. Namun toh tidak terlalu ada persoalan berat, hanya memang perlu meminta dua karyawan putra untuk sedikit mengangkat ketika jubah dan kasula dikenakan.

Ketika semuanya selesai, tinggal menunggu peti dari New Abadi (EO pemakaman Semarang, langganan Girisonta) aku menemanimu bersama Maya, sambil berbincang beberapa hal.

Maya menceritakan proses di RS, dan bersyukur bisa menemani saat-saat akhir mu. Menurut Maya, engkau meninggal dengan tenang, siap dan damai.

Ketika mendengar peti sudah tiba, dan Maya mengurusnya, Suster pun datang ke kamar obat Emaus, tempat engkau dimandikan dan dipersiapkan. Akhirnya kami berdua, Suster Agnes dan aku, mendorong ranjang tempat engkau dibaringkan, menuju ke Kapel Emaus untuk dimasukkan ke peti.

Kemudian dengan mudah engkau disiapkan di dalam peti, sampai semuanya beres dan siap. Perlahan para romo penghuni Wisma Emaus datang, menghormatimu dan mendoakanmu.

Tentang sosok almarhum Romo Wolf SJ, Julius Kardinal Darmaatmadja SJ mengatakan demikian:

Romo Theo mengikuti misa Minggu pagi di Kapel Emaus dengan semangat, menyanyi dengan aktif.

Bacaan misa hari itu tentang panggilan rasul pertama.

Yesus kepada mereka mengatakan, “Mari, ikutlah Aku”.

Romo Theo sudah menjalani undangan Yesus itu, dia menghadap dan kemudian mengikuti Yesus,” kata Kardinal.

Malam itu selalu ada yang menemanimu, berdoa atau sekedar berjaga. Engkau tidak sendirian.

Engkau sudah siap: menyiapkan ratus untuk dupa, cukur rambut dan pamitan dengan kakak. Tuhan yang mempersiapkan itu. Kita tidak tahu, sehingga kita merasa semuanya cepat terjadi dan mengejutkan.

Bagi Tuhan, tak ada yang mengejutkan. Tangan-Nya bekerja, tangan-Nya menyiapkan.

Lieber Theo, du lebst noch, in der Ewigkeit. Ruhe in Frieden. Yang terkasih Theo. Engkau masih tetap hidup dalam keabadian. Kini, beristirahatlah dalam damai.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version