INI eulogi tentang sosok almarhum Romo Thaddeus Laton SCJ
“Yesus, Engkaulah Andalanku.” Itu doa yang kuucapkan untuk mengenang konfraterku, Romo Thaddeus Laton SCJ yang dipanggil Tuhan hari kemarin tanggal 6 April 2024.
Setelah itu, saya berdoa sebentar dan melihat kembali kebaikan-kebaikan dari Romo Laton ini.
Saya mengenal Romo Laton SCJ sejak tahun 1992. Saat itu beliau tinggal di Seminari Menengah Santo Paulus Palembang. Kata yang akrab kudengar saat itu adalah kata “bajingan“. Itu adalah khas sapaan keakraban dari Romo Laton.
Kata “bajingan” yang keluar dari mulutnya itu, berbanding terbalik dengan raut mukanya yang teduh dan ada senyum di bibirnya. Itu menggambarkan hatinya yang teduh.
Bertahun-tahun Romo Laton menjadi Bapa Pengakuanku. Nasihat yang diberikan dalam Pengakuan Dosa selalu mengingatkanku untuk menjadi seorang imam dan seorang religius yang baik.
Saat mendengarkan Pengakuan Dosa, Romo Laton benar-benar hadir sebagai seorang “Bapa” yang menerima kembali “anaknya yang hilang”.
Kehadiran Romo Laton telah menjadi berkat bagi para imam, para religius dan umat dalam pelayanan Sakramen Pengakuan Dosa. Saya percaya, Romo Laton telah merasakan dan menghidupi Samudera Kerahiman Ilahi.
Lihatlah. Allah, Sang Sumber Kerahiman Ilahi, pada Hari Raya Kerahiman Ilahi ini, telah memanggil Romo Laton yang selalu menampakkan Kerahiman Ilahi selama pelayanan dan kehidupannya. Sungguh, hari yang istimewa. Saya jadi “iri” dengan Romo Laton.
Keistimewaan yang lain, Romo Laton datang dari Polandia dan menjadi misionaris Dehonian di Indonesia dalam waktu yang lama. Bahkan, beliau sudah “meninggalkan” segala-galanya, dan Indonesia telah menjadi “rumahnya”. Akhirnya, dia tetap tinggal di Indonesia, selamanya.
Romo Laton, Selamat Jalan. RIP. Aku ingat kata-kata Yesus ini, “Engkau, Tidak jauh dari Kerajaan Allah”. Bahkan, dalam hatiku aku berani mengatakan, “Santo Subito“, artinya, “[Declare] Sainthood now. – Nyatakan dia sebagai Santo sekarang.”
Hongkong, 7 April 2024