API penyemangat itu telah padam. Tetapi baranya masih tetap menyala di hati orang muda yang dilayaninya.
Perhatian pada kaum muda
Romo Teddy kukenal sekitar awal tahun 2000, semasa almarhum imam Kongregasi Misionaris Keluarga Kudus (MSF) Provinsi Kalimantan ini masih menjadi imam “balita”. Perkenalanku berawal dari tugas pengutusannya sebagai Ketua Komisi Kepemudaan Keuskupan Banjarmasin dan saat itu aku masih menjadi staf Komisi Kepemudaan KWI.
Genggaman tangannya yang kuat saat berjabat tangan menandakan bahwa ia adalah seorang pribadi yang tangguh, tegas dan tidak ragu.
Sejak awal kukenal ia adalah seorang pribadi yang selalu tampak bersemangat, tidak pernah lelah, gembira senantiasa, hampir tidak pernah mengeluh, tulus, apa adanya, dan mudah disapa.
Ia sangat mencintai orang-orang muda. Sejak awal ditahbiskan hingga akhir hidupnya di dunia ia selalu berada dan bergerak dalam pembinaan atau pendampingan orang muda. Bahkan demi orang-orang muda yang dikasihinya, ia masih mau belajar tentang pendampingan orang muda di Manila, meskipun dalam usia yang sudah tidak muda lagi.
Bukan sekedar itu saja, ia membangun sebuah asrama agar bisa menampung dan mendampingi orang-orang muda yang terpanggil menjadi imam.
Meskipun ia adalah seorang imam MSF, ia tidak mengarahkan orang-orang muda yang didampinginya untuk masuk MSF. Ia selalu suka memberi kebebasan sepenuhnya pada mereka untuk memilih tarekat yang dikehendaki.
Berkat didikan dan pendampingannya ini kini sudah muncul beberapa imam dari berbagai tarekat.
Kerasulan awam
Rama Teddy juga memiliki kepedulian untuk beberapa hal lain. Ia juga berminat di bidang kerasulan awam dan karya keadilan dan perdamaian. Hal-hal politik pun tak lepas dari pengamatan dan kepeduliannya.
Pada saat penyusunan RUU Sisdiknas, ia juga rela untuk turun ke jalan bersama rekan-rekan mudanya. Selain itu, selama 15 tahun (2003–2018) ia juga menjadi moderator untuk Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI).
Sejak menjadi imam biasa hingga menjadi Provinsial Kongregasi MSF Provinsi Kalimantan selama dua periode (2005–2011) serta menjadi Vikep, tidak ada yang berubah darinya.
Ia tetap tampil bersahaja, tetap penuh semangat, gembira, dan menjalankan semua tugas dengan penuh sukacita dan menuntaskannya dengan baik.
Ia bisa tetap menikmati naik motor untuk mengunjungi para aktivis OMK, walaupun itu harus menempuh jarak ratusan kilometer dengan medan yang berat.
Untuk bisa mewartakan kasih Kristus dengan cara milenial, ia bahkan rela memiliki hingga 81 grup WA sehingga bilamana ada berita-berita atau hal-hal yang penting bisa segera disebarluaskan kepada umat.
Mencintai tarekatnya sepenuh hati
Hidup imamatnya pun sungguh dihayati dengan penuh komitmen dan konsisten. Ia sungguh mencintai tarekatnya, MSF Kalimantan.
Bahkan, ia merancang dan menciptakan sebuah identitas untuk tarekatnya, yaitu sebuah kalung yang khas untuk anggota MSF Kalimantan.
Bukan hanya menciptakan, ia bahkan membuatkan kalung itu bagi para konfraternya pada seorang perajin.
Selain itu, ia melakoni setiap pengutusan yang diberikan kepadanya dengan ketaatan penuh, betapa pun terkadang muskilnya itu baginya.
Tidak pernah keluar sepatah kata keluhan tentang hal itu. Semua diterima dengan taat.
Pesan penting Mgr. Demarteau MSF
Hal itu tak lepas dari bimbingan Mgr. Demarteau MSF. Rama Teddy selalu mengingat pesannya pada saat pengangkatannya sebagai Provinsial.
“Untuk menjadi pemimpin Gereja, hendaklah dekat dengan Allah dan sesama dan pada saat yang sama dekat dengan Allah dan berjarak dengan semua orang. Peganglah teguh Kitab Suci, Kitab Hukum Kanonik, dan Konstitusi,” katanya selalu mengutip ucapan Mgr. Demarteau MSF.
Terlebih lagi, Romo Teddy juga sangat peduli dengan para konfraternya.
Ketika ada konfrater yang mengalami masalah, terutama untuk adik-adik angkatannya, ia berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan mereka.
Ia mendampingi dengan tekun dan sabar sehingga mereka bisa kembali lagi di jalur imamat mereka.
Kalau pun ada yang harus dilepas, ia pun melepasnya dengan baik.
“Nek ijik iso dislametke, pasti tak usahakke tenanan Mbak,” demikian pernah disampaikannya pada suatu saat ketika kami bertemu di kantor KWI.
Ia akan berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan para konfraternya yang bermasalah.
Pernah dikatakannya dalam WA-nya: “Aku mesti kelingan kowe Mbak, nek perkoro berjuang dadi romo sing apik.” (Aku selalu mengingatmu Mbak, ketika menyangkut perkara berjuang menjadi imam yang baik).
Selamat jalan Rama Teddy. Rama sudah menjadi imam yang baik hingga akhir hayat Rama.
Terima kasih untuk persahabatan dan persaudaraan yang boleh kualami bersama Rama.
Surga mulia menantimu.