WAKTU saya pertama kali masuk Seminari Mertoyudan tahun 1982, Romo Wernet SJ sungguh jadi idola saya. Guru bahasa Inggris yang sempurna.
Saya masih ingat bagaimana dia memperagakan cara membedakan bunyi “s” dan “z”, juga “f” dan “v”, seolah-olah di leher ada kran.
Kalau kran ditutup terdengar bunyi “s” dan “f”. Kalau dibuka, terdengarlah bunyi “z” dan “v”.
Dia juga memotivasi kami untuk rajin meminjam buku dari perpustakaan bahasa Inggris yang letaknya persis di sebelah kamarnya.
Untuk ukuran zaman itu, perpustakaan Seminari Mertoyudan bisa dibilang surga nan mewah. Anak SMA lain pasti iri kalau tahu.
Tapi Romo Wernet SJ terutama adalah romo yang ramah, murah senyum, dan penasihat rohani yang baik.
Saya pernah datang dan mengeluh karena hilang iman gara-gara baca sebuah buku dari perpustakaan beliau. Buku itu bilang, matahari, planet, galaksi, alam semesta terjadi setelah Big Bang. Cukup satu paragraf untuk bikin iman saya tergoncang.
Karena, lalu di mana peran Tuhan?
Di buku itu tidak disebutkan Tuhan sama sekali. Jadi, yang selama ini saya percayai dan diajarkan oleh orangtua, guru, dan para romo adalah bohong?
Romo Wernet dengan sabar mendengarkan saya.
Saya lupa persisnya perkataannya saat itu, tetapi beliau bisa meneguhkan saya. Dan saya pun batal jadi ateis.
Romo Wernet, saya akan terus mengenang kebaikanmu. Jasamu.
Selamat jalan, Romo Wernet. Terima kasih atas segala inspirasi dan baktimu.